
Harga SUN Terkoreksi, Mengekor Rupiah yang Masih Tarik Nafas

Penguatan rupiah yang terjadi sejak 2 Desember hingga Rp 13.625/US$ pada Kamis pekan lalu tampaknya sedang memperlihatkan waktu rehat sejak Jumat.
Lelang rutin surat utang negara (SUN) konvensional kembali digelar oleh pemerintah besok dengan target indikatif yang sama dengan lelang-lelang sebelumnya, yaitu Rp 15 triliun.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 1,4 basis poin (bps) menjadi 6,83%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Jan'20
Seri | Jatuh tempo | Yield 17 Jan'20 (%) | Yield 20 Jan'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 17 Jan'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.15 | 6.156 | 0.60 | 6.1134 |
FR0082 | 10 tahun | 6.825 | 6.839 | 1.40 | 6.8114 |
FR0080 | 15 tahun | 7.361 | 7.339 | -2.20 | 7.3221 |
FR0083 | 20 tahun | 7.435 | 7.441 | 0.60 | 7.4144 |
Sumber: Refinitiv
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 501 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 500 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,2 bps dan relatif stabil pada 1,82%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.084 triliun SBN, atau 39,2% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 16 Januari.
Angka menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 11,51 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus Rp 22,81 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, koreksi harga terjadi secara umum sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 17 Jan'20 (%) | Yield 20 Jan'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.87 | 6.845 | -2.50 |
China (A+) | 3.149 | 3.127 | -2.20 |
Jerman (AAA) | -0.214 | -0.217 | -0.30 |
Prancis (AA) | 0.043 | 0.043 | 0.00 |
Inggris Raya (AA) | 0.632 | 0.636 | 0.40 |
India (BBB-) | 6.622 | 6.639 | 1.70 |
Jepang (A) | 0 | 0.006 | 0.60 |
Malaysia (A-) | 3.296 | 3.294 | -0.20 |
Filipina (BBB) | 4.759 | 4.769 | 1.00 |
Rusia (BBB) | 6.2 | 6.2 | 0.00 |
Singapura (AAA) | 1.729 | 1.73 | 0.10 |
Thailand (BBB+) | 1.475 | 1.47 | -0.50 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.823 | 1.825 | 0.20 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.19 | 8.19 | 0.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%