
Setelah Ngebut, Rupiah Masuk Pitstop Dulu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 January 2020 08:12

Belum lagi dari sektor keuangan, arus modal masuk masih deras. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 2,71 triliun secara year-to-date. Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia pun melonjak menjadi RP 7.262 triliun.
Sedangkan di pasar obligasi, kepemilikan asing bertambah Rp 22,81 triliun secara year-to-date. Investor asing menguasai 39,2% dari obligasi pemerintah yang dapat diperdagangkan.
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahan Sekuritas, memperkirakan rupiah masih punya tenaga untuk kembali menguat. Pasalnya, posisi rupiah saat ini masih terlalu murah alias undervalued.
"Saat ini rupiah baru mengimpaskan sebagian pelemahan yang pernah begitu parah sampai menyentuh Rp 15.217/US$ pada Oktober 2018. Model yang dikembangkan Bahana TCW Investment Management memperkirakan rupiah bisa menguat sampai ke Rp 13.125/US$ atau bahkan Rp 13.024/US$ seiring perbaikan harga komoditas dan kondisi pasar keuangan negara-negara berkembang," papar Satria dalam risetnya.
Bank Indonesia (BI) pun sepertinya masih mengizinkan rupiah untuk terus menguat. Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, mengatakan bahwa apresiasi rupiah tidak otomatis membuat daya saing produk Indonesia di pasar ekspor tergerus.
"Rupiah yang kuat akan membantu menurunkan biaya sehingga membuat eksportir lebih efisien. Terutama yang memiliki utang dalam valas," kata Dody, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Sedangkan di pasar obligasi, kepemilikan asing bertambah Rp 22,81 triliun secara year-to-date. Investor asing menguasai 39,2% dari obligasi pemerintah yang dapat diperdagangkan.
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahan Sekuritas, memperkirakan rupiah masih punya tenaga untuk kembali menguat. Pasalnya, posisi rupiah saat ini masih terlalu murah alias undervalued.
Bank Indonesia (BI) pun sepertinya masih mengizinkan rupiah untuk terus menguat. Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, mengatakan bahwa apresiasi rupiah tidak otomatis membuat daya saing produk Indonesia di pasar ekspor tergerus.
"Rupiah yang kuat akan membantu menurunkan biaya sehingga membuat eksportir lebih efisien. Terutama yang memiliki utang dalam valas," kata Dody, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular