Rupiah Makin Perkasa, Jokowi Minta Waspada

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
18 January 2020 13:19
Rupiah Makin Perkasa, Jokowi Minta Waspada
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Bank Indonesia (BI) untuk berhati-hati mengendalikan nilai tukar rupiah. Pasalnya, jika rupiah terlalu kuat, maka akan ada yang tidak suka atas apresiasi mata uang Garuda itu.

"Nilai tukar rupiah kita menguat. Kalau menguatnya terlalu cepat kita haris hati-hati," kata Jokowi saat menjadi pembicara dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan di Ritz Carlton, SCBD, Kamis lalu.
Menurutnya, penguatan nilai tukar rupiah yang terlalu cepat bisa berdampak negatif. Penguatan rupiah di satu sisi memang bagus, tetapi juga harus dicermati faktor fundamentalnya.

Apalagi pasti ada pihak yang tidak senang atau terbebani dengan penguatan rupiah yang terlalu kuat dan cepat.

"Ada yang tidak senang dan ada yang senang. Eksportir pasti tidak senang karena rupiah menguat, menguat, menguat," kata Jokowi lagi.

Dengan rupiah yang terlalu menguat, Jokowi mengatakan bisa berbahaya. Pasalnya daya saing menurun.


Seperti diketahui, rupiah terus menguat. Di awal 2 Januari 2020 rupiah dibuka di level Rp 13.865/US$.

Hingga 16 Januari 2020 rupiah terus menguat ke Rp 13.635/US$. Penguatan rupiah hampir mencapai 2%.

Pada perdagangan Jumat (17/1), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang dibuka melemah tipis di perdagangan spot, di mana US$ 1 dibanderol Rp 13.640. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan Kamis.

Namun jika dilihat sejak awal 2020, hingga mencapai level terkuat kemarin, rupiah sudah menguat 1,91%. Bahkan jika dilihat lebih ke belakang lagi, sebelum minggu ini rupiah mencatat penguatan 6 pekan beruntun.

Total selama periode tersebut hingga minggu ini, mata uang Garuda sudah menguat 3,44%.

[Gambas:Video CNBC]





Tak dapat dipungkiri, penguatan rupiah memiliki sisi positif. Penguatan rupiah dapat menurunkan biaya produksi berbagai produk Indonesia yang masih tergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jika biaya produksi mengalami penurunan maka harga jual produk tersebut dapat menjadi lebih murah dengan produk serupa lainya yang ada di pasar dari negara lain.

Namun, berdasarkan riset CNBC Indonesia, yang perlu diwaspadai adalah jika penguatan rupiah berada di atas fundamentalnya. Jika hal itu terjadi maka selain membuat berbagai produk yang berbasis bahan dari dalam negeri jadi kurang kompetitif.

Selain itu, penguatan rupiah yang masih ditopang oleh aliran masuk portofolio ini rentan balik kampung. Pasalnya porsi investor asing di surat utang pemerintah mencapai hampir 40%, di saham pun juga demikian. Jadi bayangkan saja jika uang ini balik kampung.

Rupiah bisa tertekan lagi. Faktor pendorong penguatan itu dan fundamentalnya harus diperhatikan.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular