
Rupiah jadi Perhatian Jokowi, Ini Ramalan Rupiah di 2020
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
17 January 2020 13:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar Rupiah dalam sepekan ini menguat tajam setelah gejolak di pasar keuangan dunia mulai reda. Pada hari ini, Jumat (17/1/2020), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 13.640/US$ kala pembukaan pasar spot.
Kendati melemah tipis dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin, rupiah tercatat di posisi terkuat sejak Februari 2018.
Penguatan Rupiah ini pun dinilai oleh banyak analis akan terus berlanjut. Bahkan Bahana Sekuritas memperkirakan penguatan Rupiah bisa mencapai Rp 13.250/US$ pada tahun ini.
"Ini cukup realistis bagi kami," tulis laporan Bahana Sekuritas, seperti dikutip CNBC Indonesia.
Ia meramal bahkan penguatan Rupiah masih bisa lebih baik dari saat ini. "Mata uang masih undervalued, dan memiliki potensi terapresiasi antara Rp 13.024/US$ dan Rp 13.124/US$," tulis laporannya.
Sedangkan, Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan, Rupiah akan tetap menguat tapi tidak terlalu kuat seperti yang diprediksi Bahana Sekuritas.
"Rupiah akan berada di Rp 13.300-Rp14.200/US$ pada 2020 ini," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Penguatan Rupiah di dorong oleh aliran masuk modal asing di pasar saham maupun obligasi. Apalagi kondisi obligasi domestik dinilai masih menarik bagi investor global.
"Di sisi lain, risiko fiskal maupun defisit neraca berjalan masih akan menahan penguatan Rupiah secara drastis dan konsisten pada tahun 2020," kata dia.
Ekonom Senior Standard Chartered Aldian Taloputra mengatakan, penguatan Rupiah tidak akan lebih jauh dari saat ini. Kecuali, penguatan juga diikuti oleh mata uang negara lain seperti China dan Malaysia.
"Perkiraan kami Q1 di Rp 13.700, jadi kurang lebih sudah di level saat ini. Kami pikir Rupiah masih mungkin menguat lagi apabila diikuti oleh penguatan mata uang lain seperti RMB MYR terhadap US$," jelasnya.
Beberapa waktu terakhir Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian lebih terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Jokowi menyebut rupiah menguat terlalu tajam dan cepat akhir-akhir ini. Kondisi ini, kata kepala negara, perlu diwaspadai lebih jauh karena bisa berdampak lebih terhadap perekonomian.
"Nilai tukar kita menguat, kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati," kata Jokowi, seperti dikutip Jumat (17/1/2020).
Namun, Jokowi juga pernah buka suara kala rupiah sempat menyentuh angka Rp 14.000/US$ pada 2018 lalu. Bahkan, kala itu Jokowi sampai harus memanggil jajaran menteri ke Istana Kepresidenan untuk membahas secara khusus terkait hal ini.
(hps/hps) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Kendati melemah tipis dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin, rupiah tercatat di posisi terkuat sejak Februari 2018.
Penguatan Rupiah ini pun dinilai oleh banyak analis akan terus berlanjut. Bahkan Bahana Sekuritas memperkirakan penguatan Rupiah bisa mencapai Rp 13.250/US$ pada tahun ini.
Ia meramal bahkan penguatan Rupiah masih bisa lebih baik dari saat ini. "Mata uang masih undervalued, dan memiliki potensi terapresiasi antara Rp 13.024/US$ dan Rp 13.124/US$," tulis laporannya.
Sedangkan, Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan, Rupiah akan tetap menguat tapi tidak terlalu kuat seperti yang diprediksi Bahana Sekuritas.
"Rupiah akan berada di Rp 13.300-Rp14.200/US$ pada 2020 ini," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Penguatan Rupiah di dorong oleh aliran masuk modal asing di pasar saham maupun obligasi. Apalagi kondisi obligasi domestik dinilai masih menarik bagi investor global.
"Di sisi lain, risiko fiskal maupun defisit neraca berjalan masih akan menahan penguatan Rupiah secara drastis dan konsisten pada tahun 2020," kata dia.
Ekonom Senior Standard Chartered Aldian Taloputra mengatakan, penguatan Rupiah tidak akan lebih jauh dari saat ini. Kecuali, penguatan juga diikuti oleh mata uang negara lain seperti China dan Malaysia.
"Perkiraan kami Q1 di Rp 13.700, jadi kurang lebih sudah di level saat ini. Kami pikir Rupiah masih mungkin menguat lagi apabila diikuti oleh penguatan mata uang lain seperti RMB MYR terhadap US$," jelasnya.
Beberapa waktu terakhir Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian lebih terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Jokowi menyebut rupiah menguat terlalu tajam dan cepat akhir-akhir ini. Kondisi ini, kata kepala negara, perlu diwaspadai lebih jauh karena bisa berdampak lebih terhadap perekonomian.
"Nilai tukar kita menguat, kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati," kata Jokowi, seperti dikutip Jumat (17/1/2020).
Namun, Jokowi juga pernah buka suara kala rupiah sempat menyentuh angka Rp 14.000/US$ pada 2018 lalu. Bahkan, kala itu Jokowi sampai harus memanggil jajaran menteri ke Istana Kepresidenan untuk membahas secara khusus terkait hal ini.
(hps/hps) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Most Popular