
Kegalauan Jokowi Soal Rupiah: Menguat Salah, Melemah Apalagi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 January 2020 12:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk kesekian kalinya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian lebih terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Jokowi menyebut rupiah menguat terlalu tajam dan cepat akhir-akhir ini. Kondisi ini, kata kepala negara, perlu diwaspadai lebih jauh karena bisa berdampak lebih terhadap perekonomian.
"Nilai tukar kita menguat, kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati," kata Jokowi, seperti dikutip Jumat (17/1/2020).
Namun, Jokowi juga pernah buka suara kala rupiah sempat menyentuh angka Rp 14.000/US$ pada 2018 lalu. Bahkan, kala itu Jokowi sampai harus memanggil jajaran menteri ke Istana Kepresidenan untuk membahas secara khusus terkait hal ini.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah pun memahami apa yang menjadi kekhawatiran kepala negara terhadap pergerakan mata uang Garuda yang memang penguatannya terlampau lebih cepat dari yang dibayangkan.
"Kalau dia gradual, terus menguat sampai Rp 13.000/US$ bagus. Tapi jangan terlalu cepat. Ini yang dipermasalahkan," kata Piter saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Penguatan rupiah bak dua sisi uang koin. Ada positifnya, yaitu membuat impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi lebih terjangkau. Kemudahan impor dua kelompok tersebut akan mendongrak investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Namun, seperti yang disampaikan Jokowi, apresiasi rupiah yang terlalu cepat dan tajam juga mengandung risiko. Meski impor bahan baku/penolong dan barang modal naik, jangan lupa impor barang konsumsi juga bakal lebih mudah saat rupiah menguat.
"Kalau dia menguat terlalu cepat, dia akan berbalik melemah lagi sangat cepat. Ini membuat pola ketidakpastian," kata Piter.
Piter menilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini memang masih jauh dari fundamentalnya. Namun, penguatan yang terjadi terhadap mata uang Garuda patut diwaspadai.
"Persoalannya sekarang menguat terlalu cepat dan terlalu dalam. Tidak masalah menguat bisa sampai Rp 13.000/US$, tapi gradual," jelasnya.
(hps/hps) Next Article Rupiah jadi Perhatian Jokowi, Ini Ramalan Rupiah di 2020
Jokowi menyebut rupiah menguat terlalu tajam dan cepat akhir-akhir ini. Kondisi ini, kata kepala negara, perlu diwaspadai lebih jauh karena bisa berdampak lebih terhadap perekonomian.
"Nilai tukar kita menguat, kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati," kata Jokowi, seperti dikutip Jumat (17/1/2020).
Namun, Jokowi juga pernah buka suara kala rupiah sempat menyentuh angka Rp 14.000/US$ pada 2018 lalu. Bahkan, kala itu Jokowi sampai harus memanggil jajaran menteri ke Istana Kepresidenan untuk membahas secara khusus terkait hal ini.
"Kalau dia gradual, terus menguat sampai Rp 13.000/US$ bagus. Tapi jangan terlalu cepat. Ini yang dipermasalahkan," kata Piter saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Penguatan rupiah bak dua sisi uang koin. Ada positifnya, yaitu membuat impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi lebih terjangkau. Kemudahan impor dua kelompok tersebut akan mendongrak investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Namun, seperti yang disampaikan Jokowi, apresiasi rupiah yang terlalu cepat dan tajam juga mengandung risiko. Meski impor bahan baku/penolong dan barang modal naik, jangan lupa impor barang konsumsi juga bakal lebih mudah saat rupiah menguat.
"Kalau dia menguat terlalu cepat, dia akan berbalik melemah lagi sangat cepat. Ini membuat pola ketidakpastian," kata Piter.
Piter menilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini memang masih jauh dari fundamentalnya. Namun, penguatan yang terjadi terhadap mata uang Garuda patut diwaspadai.
"Persoalannya sekarang menguat terlalu cepat dan terlalu dalam. Tidak masalah menguat bisa sampai Rp 13.000/US$, tapi gradual," jelasnya.
(hps/hps) Next Article Rupiah jadi Perhatian Jokowi, Ini Ramalan Rupiah di 2020
Most Popular