Jokowi Beri Wanti-wanti, Penguatan Rupiah Pun Terhenti

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 January 2020 08:11
Investor memilih mencairkan cuan (profit taking) dari rupiah yang memang sudah besar.
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Investor memilih mencairkan cuan (profit taking) dari rupiah yang memang sudah besar.

Pada Jumat (17/1/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.640 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,26% dan menyentuh posisi terkuat sejak Februari 2018. Sejak akhir 2019 atau year-to-date, rupiah sudah menguat 1,84% terhadap dolar AS. Ini membuat rupiah tidak terbantahkan sebagai mata uang terbaik Asia.




Oleh karena itu, tidak mungkin investor tidak tergoda. Keuntungan yang didapat dari 'beternak' rupiah sudah tinggi, dan layak untuk dicairkan. Ketika ini terjadi, rupiah akan terkena tekanan jual sehingga nilai tukarnya melemah.

Apalagi kemarin Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberi wanti-wanti. Menurut Jokowi, penguatan rupiah juga harus disikapi dengan hati-hati.

"Nilai tukar kita menguat, kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati. Ada yang senang, ada yang tidak senang. Eksportir pasti tidak senang karena rupiah menguat sehingga daya saing menurun," tegas Jokowi.


Kala rupiah kuat, bahkan terlalu kuat, produk Indonesia jadi lebih mahal di pasar ekspor. Permintaan terhadap produk Indonesia bisa menurun sehingga membebani neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan (current account).

Penguatan rupiah juga membuat harga produk dari negara lain lebih murah. Ini bisa menjadi insentif bagi importir, sehingga barang impor akan semakin membanjiri pasar domestik. Akibatnya, lagi-lagi neraca perdagangan dan transaksi berjalan kian tertekan.


Dari sisi eksternal, sebenarnya ada sentimen positif yang bisa meningkatkan risk appetite pelaku pasar. Setelah kemarin AS-China meneken perjanjian damai dagang Fase I, dini hari tadi Senat AS meloloskan undang-undang Kerja Sama AS-Meksiko-Kanada (USMCA). Ini akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang sudah berumur 26 tahun.

Presiden AS Donald Trump pun semringah. Dalam cuitan di Twitter, presiden Negeri Adidaya ke-45 itu mengatakan para petani AS akan sangat diuntungkan dengan kesepakatan ini.


"Perjanjian historis ini akan memodernisasi serta membuat hubungan dagang dengan Meksiko dan Kanada menjadi lebih adil. Selain itu, akan lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta memberikan kepastian bagi petani dan industri manufaktur," tambah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin seperti diberitakan Reuters.


Aura damai dagang yang merebak membuat investor boleh yakin bahwa 2020 akan lebih baik dibandingkan 2019 yang penuh tantangan. Arus perdagangan dan investasi global pulih setelah nyaris lumpuh akibat perang dagang selama lebih dari setahun terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular