India-Malaysia Panas, Akankah Saham Produsen CPO Bangkit?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 January 2020 15:17
Awal Kebangkitan Saham CPO?
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Memanasnya tensi antara India dan Malaysia berpotensi mengerek kinerja saham-saham emiten CPO. Pasalnya, absennya pasokan dari Malaysia kemungkinan besar akan diminimalisir oleh importir asal India dengan mengalihkan pesanan ke Indonesia yang merupakan penghasil dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia.

Sebagai informasi, CPO merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia. Pada tahun 2018, Indonesia mengekspor minyak sawit hingga US$ 16,5 miliar atau setara dengan Rp 231,4 triliun.

Menurut Prashanth Parameswaran, Editor Senior di The Diplomat, implikasi dari boikot yang saat ini tengah berlangsung adalah India kemungkinan akan mengalihkan sumber pasokannya dari Malaysia ke negara lain, seperti Indonesia.

"Sementara itu, India akan tetap memiliki kemampuan untuk terus mengimpor - dan mungkin bahkan mengimpor lebih banyak - minyak kelapa sawit mentah, dari pengekspor utama Indonesia," tulis Parameswaran.

Untuk diketahui, di sepanjang tahun 2020 harga saham emiten-emiten CPO telah membukukan koreksi yang signifikan. Terhitung sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin (14/1/2020), harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ambruk sebesar 9,43%.

Sementara itu, dalam periode yang sama harga saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) jatuh masing-masing sebesar 7,41% dan 2,37%.

Harga saham emiten-emiten CPO tak lagi bisa menguat seperti yang terjadi pada tahun lalu. Di sepanjang tahun lalu, harga saham AALI dan LSIP melejit masing-masing sebesar 23,26% dan 18,8%, sementara harga saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) naik 0,42%.



Pada tahun lalu, kenaikan harga CPO yang signifikan pada semester-II menjadi faktor yang memotori apresiasi harga saham emiten-emiten CPO. Di sepanjang paruh kedua tahun 2019, harga CPO kontrak acuan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) menguat hingga 56,4%.

Di tahun 2020, harga CPO mulai bergerak turun. Terhitung sejak awal tahun 2020 hingga berita ini diturunkan, harga CPO kontrak acuan melemah 2,69%.



Lantas, potensi membludaknya pemesanan CPO dariĀ India berpotensi menjadi katalis positif bagi saham-saham emiten CPO di Tanah Air.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular