Mahatir Kritik India, Keperkasaan CPO Runtuh & Reli Terhenti

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
18 January 2020 16:28
Masih hangat pemberitaan beberapa hari terakhir, India tengah melakukan aksi boikot terhadap produk sawit Malaysia.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) berada dalam tekanan menyusul kebijakan India yang memboikot minyak sawit Malaysia.

Hingga kemarin, Jumat (17/1/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) menyentuh level RM 2889/ton naik tipis dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin di RM 2.886/ton.

Sejak 10 Januari 2020, harga CPO kontrak terus-terusan melorot. Sejak saat itu hingga kemarin, harga CPO telah anjlok 7,9% secara point to point.

CPO memang tengah digempur oleh berbagai sentimen yang ada akhir-akhir ini. Masih hangat pemberitaan beberapa hari terakhir, India tengah melakukan aksi boikot terhadap produk sawit Malaysia.

Pekan lalu India menetapkan untuk melarang impor minyak sawit olahan dan secara informal melarang pelaku industri untuk membeli semua jenis minyak sawit Malaysia. Upaya ini dilakukan untuk memberi sanksi kepada Malaysia yang dinilai terlalu ikut campur urusan internal India.

Pada Oktober lalu Perdana Menteri India Mahathir Mohammad melontarkan kritik pedas dengan menyebut India telah melakukan invasi dan menduduki Kashmir. Bulan lalu Mahathir kembali mengkritik India karena menilai UU Kewarganegaraan yang baru adalah suatu bentuk kebijakan 'anti-Islam'.

Kritik tajam tersebut membuat India geram. Para pelaku industri sudah mendapat pengumuman secara informal untuk tak membeli produk minyak sawit jenis apa pun dari Malaysia. Sejak Oktober, ekspor minyak sawit Malaysia ke India mengalami penurunan yang tajam.

Bahkan pada Rabu kemarin, Reuters melaporkan New Delhi juga berpotensi untuk melarang impor minyak bumi, aluminium, LNG dan mikroprosesor dari Malaysia. Namun hal tersebut ditampik oleh Menteri Perdagangan India Piyush Goyal.

Piyush mengatakan bahwa India belum menetapkan larangan impor dari Malaysia dan Turki dan tidak mempertimbangkan hal itu. "India percaya pada perdagangan bebas dan perlakuan yang sama untuk semua pihak" kata Piyush dalam sebuah konferensi di New Delhi pada Rabu lalu.

Piyush juga menambahkan jika memang akan ada larangan ekspor, itu akan berlaku juga untuk semua pihak. "Jika ada larangan impor yang berdampak pada Malaysia, saya pikir bukan hanya mereka saja terkena dampaknya" tambah Piyush.

India merupakan pembeli terbesar minyak sawit Malaysia. Pada 2019 India membeli minyak sawit dari Malaysia sebanyak 4,4 juta ton. Jika per tahun India mengimpor 9 juta ton minyak sawit maka 49% berasal dari Malaysia.

Untuk menghindari kerugian yang sangat besar kini Malaysia mencoba meningkatkan penjualan minyak sawitnya ke negara-negara seperti Pakistan, Filiphina, Myanmar, Vietnam, Ethiopia, Arab Saudi, Mesir, Al Jazair, Yordania, Kazakhstan dan Uzbekistan.

Namun pengganti pembeli terbesar seperti India bukanlah hal yang mudah. Banyak pihak yang meminta kedua belah pihak untuk duduk bersama dan membahas permasalahan ini dengan mengesampingkan ego masing-masing.

[Gambas:Video CNBC]



Saat ini Malaysia mencoba berkomunikasi dengan India melalui duta besar India di Malaysia. Teresa Kok selaku menteri yang bertugas untuk urusan minyak sawit mengatakan bahwa hal ini penting untuk dilakukan.

"Penting bagi kami untuk berkomunikasi lebih jauh dengan mereka (India) melalui saluran diplomatik dan pemangku kepentingan, kami akan terus mencobanya" kata Teresa melansir Reuters.
(hps/hps) Next Article Tak Jadi Boikot, India Beli Lagi CPO Malaysia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular