AS-Iran Panas, Ini Deretan Saham yang Banjir Cuan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 January 2020 14:39
Deretan Saham Ini Melaju Kencang
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Walaupun tensi antara AS dan Iran memanas belakangan ini, ternyata ada saham-saham yang bisa membukukan kinerja yang oke. Saham-saham tersebut adalah saham dari emiten yang bergerak di sektor pertahanan.

Terhitung sejak awal tahun 2020 kala tensi antara AS dan Iran memanas hingga penutupan perdagangan kemarin (13/1/2020), harga saham Lockheed Martin misalnya, telah melejit 7,61%.

Lockeed Martin sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan dengan melakukan riset, mendesain, mengembangkan, dan memproduksi peralatan yang digunakan kala sebuah negara berperang, jet tempur misalnya.

Lebih lanjut, harga saham dari emiten-emiten lain yang juga bergerak di bidang pertahanan ikut membukukan kenaikan yang signifikan. Terhitung sejak awal 2020 hingga penutupan perdagangan kemarin, harga saham Huntington Ingalls melesat 9,54%, General Dynamics menguat 2,71%, TransDigm Group naik 7,96%, Raytheon terapresiasi 3,37%, dan Northrop Grumman bertambah 9,55%.



Sebagai catatan, deretan saham-saham perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan tersebut tercatat di AS dan merupakan anggota dari indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham terbaik guna merepresentasikan kinerja bursa saham AS.

Imbal hasil dari saham perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan jauh mengalahkan imbal hasil indeks S&P 500. Terhitung sejak awal 2020 hingga penutupan perdagangan kemarin, indeks S&P 500 hanya membukukan imbal hasil sebesar 1,78%.

Jika ditarik lebih jauh, tensi antara AS dan Iran sejatinya sudah panas sejak tahun 2018 silam kala AS menarik diri dari kesepakatan internasional yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Menurut Trump, kesepakatan tersebut tak cukup dalam membatasi ruang gerak Iran. AS pun pada akhirnya kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Tehran.

Wajar jika memanasnya tensi antara AS dan Iran memantik kekhawatiran bahwa perang dunia ketiga akan segera meletus.

Apalagi, panasnya tensi antara AS dan Iran sudah memakan korban sampingan. Pada hari Sabtu (11/1/2020), Angkatan Bersenjata Iran mengakui telah secara tidak sengaja menembak pesawat milik Ukraine International Airlines yang jatuh pada hari Rabu (8/1/2020).

Dilansir dari AFP, Iran menyebutkan hal tersebut disebabkan karena adanya human error dan fakta bahwa pesawat tersebut terbang di wilayah yang berdekatan dengan lokasi militer sensitif. Pihak Angkatan Bersenjata Iran mengira pesawat komersial tersebut sebagai pesawat musuh.

Untuk diketahui, sebelumnya Iran telah membantah tuduhan negara barat yang menyebutkan pesawat tersebut jatuh karena serangan rudal Iran. Iran menegaskan bahwa ada koordinasi yang erat antara otoritas pertahanan udara dengan departemen penerbangan sipil.

Diketahui, pesawat milik Ukraine International Airlines mengangkut sebanyak 176 penumpang yang semuanya meninggal dalam insiden tersebut. Jika sampai terdapat gesekan antara AS dan Iran lantaran insiden tersebut, lagi-lagi dunia dihadapkan dengan potensi meletusnya perang dunia ketiga.

Saat perang meletus, pemesanan peralatan tempur seperti senjata tentu akan meningkat. Walaupun perang akan berdampak negatif terhadap perekonomian secara umum, perusahaan-perusahaan yang memproduksi peralatan yang digunakan saat perang seperti Lockheed Martin bisa menggenjot penjualannya. Otomatis, laba bersih akan ikut terkerek, beserta juga dengan valuasi sahamnya.

Pasca tensi antara AS dan Iran memanas, para analis beramai-ramai menaikkan target harga mereka atas saham-saham dari produsen peralatan tempur. Untuk Lockheed Martin misalnya, median target harga untuk sahamnya berada di level US$ 400/unit per tanggal 14 Desember 2019, seperti dilansir dari Refinitiv. Kini, mediannya naik ke angka US$ 420/unit.



TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular