BI Ungkap Keperkasaan Rupiah yang Bikin Dolar Berdarah-darah

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
14 January 2020 14:05
Investor Memburu Instrumen Emerging
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Lebih jauh Nanang menjelaskan meningkatnya supply devisa dari investor global di satu sisi menggambarkan aksi perburuan imbal hasil tinggi (yield hunting) di tengah masih melimpahnya likuiditas global (sebagaimana tercermin dari terus membengkaknya aset pada neraca bank sentral AS, ECB, dan BOJ) dan rendahnya imbal hasil obligasi di nagara.

Aset bank sentral AS, the Fed, terus membengkak mencapai US$ 4,2 triliun, selain karena pembelian surat berharga pada saat krisis global 2008 tapi pembelian terus berlanjut terutama dalam bentuk Treasury Bill, yang artinya the Fed terus menggelontorkan likuiditas ke pasar. Demikian pula hal yang sama dilakukan bank sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan.

Saat ini terdapat penempatan dana dana investor di negara maju, terutama di Eropa senilai US$ 11,3 triliun dengan imbal hasil negatif.

"Jadi wajar bila investor global akan memburu instrument negara Emerging Market dengan imbal hasil yang tinggi seperti Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang saat ini menawarkan imbal hasil 6.85%," katanya.

"Dalam sepuluh hari terakhir saja, investor global membukukan net beli Rp 16,7 triliun di pasar sekunder SBN."

Namun, sambungnya, investor global tetap akan selektif dengan memilih negara emerging market dengan pengelolaan kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dan prudent. Serta pemerintahannya menempuh langkah konkret untuk meningkatkan daya saing perkonomian negara.

"Indonesia saat ini tengah menjadi salah satu pilihan investor global terebut," terang Nanang.

[Gambas:Video CNBC]



(aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular