Mantap, Rupiah Sepekan jadi "Raja" Asia Tenggara

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
11 January 2020 16:53
Mata uang Sang Garuda mampu menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan bertengger di peringkat pertama mata uang kawasan Asia Tenggara.
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Sang Garuda mampu menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan bertengger di peringkat pertama mata uang kawasan Asia Tenggara.

Rupiah di pasar spot hari Jumat (10/1/2020) mampu ditutup menguat 0,65% pada level Rp 13.755/US$, level terkuat sejak April 2018. Penguatan rupiah dalam sepekan bahkan sebesar 1,19%.

Kinerja tersebut sekaligus menempatkan rupiah sebagai "Raja" mata uang di Asia Tenggara dalam sepekan.

Berikut data kinerjanya:



Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai ada tiga hal yang mendukung penguatan rupiah. Pertama adalah fundamental ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Pada 2020, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik berada di kisaran 5,1-5,5%. Lebih baik dibandingkan proyeksi 2019 yaitu sekitar 5,1%.

"Inflasi terjaga rendah, stabilitas eksternal juga terjaga. Defisit transaksi berjalan di 2,5-3% dari PDB (Produk Domestik Bruto), cadangan devisa juga tinggi. Penguatan rupiah konsisten dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang membaik," papar Perry kepada wartawan di kantor BI, hari ini.

Kedua, lanjut Perry, adalah pasokan valas lebih tinggi dari permintaan. Selain itu, seperti yang sudah disebutkan, aliran modal masuk dinilai lebih dari cukup.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun pada penutupan Jumat (10/1) berada di level 6,93%, turun 8 basis poin (bps) dibandingkan posisi kemarin dari posisi 7,01% dan menjadi yang terendah sejak 30 April 2018. Turunnya yield mencerminkan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.



"Ketiga, penguatan rupiah menunjukkan confidence (terhadap) kebijakan pemerintah dan BI dalam menjaga rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar," tutur Perry.

Tensi Ketegangan AS-Iran Sempat Membuat Rupiah Tertekan

Rupiah pada Senin & Rabu sempat tertekan sama-sama 0,11% pada pekan pertama Januari 2020 ini, dikarenakan tensi ketegangan AS-Iran yang kembali naik.

Iran diketahui melakukan serangan balasan atas terbunuhnya Jenderal Iran Qasem Soleimani dengan melakukan tembakan rudal ke Bandara Ain al-Asad yang menjadi salah satu basis tentara AS di Irak pada Rabu pagi (8/1/2020).

Ketegangan antara Iran dan AS mereda setelah Trump mengatakan, Rabu waktu AS, Iran tampaknya "mundur" setelah menembakkan rentetan rudal ke pangkalan udara Ain al-Asad yang menampung pasukan AS di Irak.

Namun, ia lebih memilih pendekatan secara ekonomi dari pada militer, "segera menjatuhkan sanksi hukuman ekonomi tambahan pada rezim Iran.".

Trump juga mengatakan akan terbuka untuk melakukan negosiasi dengan Republik Islam tersebut. "Kita semua harus bekerja sama untuk membuat kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai," ucap Trump.

Hal ini membuat pasar keuangan menjadi reda, pasar uang diseluruh dunia kembali pulih termasuk rupiah yang kembali melesat 0,29% ke level Rp 13.845/US$ pada Kamis (9/1/2020).

Penguatan rupiah paling tinggi terjadi pada Jumat (10/1/2020) pada level Rp 13.755/US$ dengan penguatan 0,65%. Wajar kondisi global minggu depan diramal semakin baik seiring penandatanganan perjanjian dagang fase I antara AS-China yang berseteru dalam dua tahun terakhir.

China mengumumkan Wakil Perdana Menteri Liu He akan berkunjung ke Washington pekan depan guna meneken kesepakatan dagang tahap satu. Kesepakatan dagang parsial tersebut dijadwalkan berlangsung pada Rabu (15/01/2020).

"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Menteri Pertanian China Gao Feng, sebagaimana dikutip AFP, Kamis (9/1/2020).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Dolar AS Lesu, Rupiah Nanjak Terus...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular