Timteng Bak Api dalam Sekam, Rupiah Tetap Lanjutan Penguatan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2020 08:41
Timteng Bak Api dalam Sekam, Rupiah Tetap Lanjutan Penguatan
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dibuka melemah tipis berhasil kembali menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Tensi Timur Tengah yang menurun membuat pelaku pasar kembali bernafsu memburu aset-aset berisiko di negara berkembang.

Pada Jumat (10/1/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.850 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan, rupiah berhasil meninggalkan zona merah. Pada pukul 08:29 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.820 di mana rupiah menguat 0,18%.

Pada pekan pertama 2020, rupiah masih melanjutkan tren penguatan yang terjadi sejak tahun lalu. Dalam sebulan terakhir, rupiah membukukan penguatan lebih dari 1%.




Secara umum, rupiah masih perkasa pada pekan pertama tahun ini. Mata uang Tanah Air sempat tertekan kala situasi di Timur Tengah memanas.

Hubungan AS-Iran menegang kala serangan drone Negeri Paman Sam di bandara Baghdad (Irak) menewaskan pentolan militer Iran, Qasim Soleimani. Teheran membalas dengan melancarkan serangan rudal ke basis militer AS di Irak. Tidak ada korban jiwa dalam serangan ini.

Presiden AS Donald Trump memilih untuk tidak (atau belum) galak terhadap Iran. Dalam konferensi pers, Trump meminta ketegangan dihentikan.

"Kami memiliki kekuatan dan perlengkapan militer yang luar biasa. Akan tetapi, bukan berarti kami harus menggunakannya, kami tidak ingin menggunakannya. Iran sepertinya menahan diri, tentu sebuah hal yang baik," kata Trump dalam jumpa pers pada Rabu lalu, seperti diberitakan Reuters.


Situasi ini membuat mata uang Asia lainnya mampu menguat pagi ini. Kekhawatiran investor terhadap ancaman Perang Teluk III (atau bahkan Perang Dunia III) reda untuk sementara waktu sehingga aset-aset berisiko di negara berkembang kembali jadi buruan.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:30 WIB:

 


Akan tetapi, investor tetap perlu waspada karena situasi di Timur Tengah masih bak api dalam sekam. Risiko konflik bisa tereskalasi kapan saja.

Dua hari lalu, pesawat Boeing milik The Ukraine International Airlines rute Kiev-Teheran jatuh di Iran. Seluruh 176 orang yang ada di pesawat itu meninggal dunia, termasuk 63 warga negara Kanada.

Awalnya, tragedi ini diduga gara-gara kesalahan mesin. Namun seiring waktu, ada indikasi bahwa pesawat itu tertembak oleh rudal.

"Jatuhnya pesawat tersebut mungkin saja bukan kebetulan. Kami memiliki (informasi) intelijen dari berbagai sumber. Bukti-bukti mengindikasikan bahwa pesawat itu ditembak oleh misil Iran," ungkap Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada, dalam konferensi pers seperti diwartakan Reuters.


Perdana Menteri penggemar Star Wars tersebut menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan tinggal diam sampai kasus ini terungkap secara transparan dan adil. Namun pemerintah AS menilai meski ada kecurigaan bahwa pesawat Boeing itu jatuh akibat serangan misil, tetapi itu tidak disengaja.

"Ini adalah peristiwa tragis. Namun mungkin ada orang yang membuat kesalahan," ujar Trump, dilansir Reuters.

Seorang sumber di pemerintahan AS membisikkan kepada Reuters bahwa pesawat jatuh setelah mengudara selama dua menit di wilayah udara Teheran. Dalam kurun waktu tersebut, sensor panas memang melihat ada pergerakan dua misil udara ditembakkan dan kemudian menyusul ledakan pesawat di udara.

Iran membantah tudingan tersebut. Ali Rabiei, Juru Bicara Pemerintah Iran, menyatakan bahwa tuduhan serangan misil terhadap pesawat Boeing adalah bentuk perang urat-syaraf.

"Seluruh laporan ini adalah perang psikologis melawan Iran. Negara-negara yang warganya berada dalam pesawat tersebut boleh mengirimkan perwakilan mereka, dan kami mendesak Boeing untuk mengirim orang dalam proses investigasi," tegas Rabiei, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, pelaku pasar masih perlu memonitor perkembangan di Timur Tengah. Sekarang situasi boleh agak adem, tetapi api konflik bisa muncul kapan saja.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular