
Awas! Dolar AS Diprediksi Menguat Tajam di Tahun Ini
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 January 2020 21:12

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks dolar Amerika Serikat (AS) menguat tiga hari terakhir, bahkan ketika Negeri Sam bersitegang dengan Iran.
Pada perdagangan Kamis (9/1/2020) indeks yang dihitung dari pergerakan enam mata uang utama ini menguat 0,12% ke level 97,41 pada pukul 20:26WIB. Sementara dalam dua hari terakhir menguat masing-masing 0,35% dan 0,3%, dan jika dilihat sejak awal 2020 indeks dolar sudah menguat lebih dari 1%.
Di tahun ini, indeks yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS ini diprediksi akan menguat tajam di tahun ini oleh ahli strategi mata uang senior di HSBC, Dominic Bunning, saat berbicara di "Street Signs Europe" CNBC International.
Bunning mengatakan ada 2 hal yang bisa membawa dolar AS menguat tajam di tahun ini. Yang pertama adalah pelonggaran kebijakan moneter bank sentral di negara-negara maju.
"Di negara maju jika perekonomian tidak mampu tumbuh, apa yang akan dilakukan oleh bank sentralnya?" kata Bunning.
Dia melihat bank sentral di negara maju, seperti Reserve Bank of Australia (RBA), Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), European Central Bank (ECB), dan Bank of Japan (BoJ) hampir kehabisan amunisi kebijakan moneter.
"Hal itu kemungkinan akan memaksa mereka mengambil kebijakan yang tidak biasa (unconventional), dan cenderung menerapkan suku bunga negatif, atau mungkin program pembelian aset (quantitative easing) dalam jumlah besar, atau berbagai jenis program pembelian aset lain," tambahnya.
Di sisi lain, Bunning melihat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih menerapkan suku bunga yang cukup tinggi, sehingga lebih menguntungkan bagi investor. Bunning juga melihat selain suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan negara maju lainnya, status dolar AS sebagai safe haven juga memberikan keuntungan bagi the greenback.
Saat AS terlibat konflik dengan Iran dan berisiko terjadi perang, dolar AS masih tetap menguat akibat statusnya sebagai safe haven. Kemudian yang kedua, yang dapat membuat Mata Uang Paman Sam melesat adalah fluktuasi di negara berkembang.
"Sudut pandang lainnya adalah negara berkembang, tempat dimana banyak investasi, di mana imbal hasil telah jauh lebih rendah jadi anda (investor) tidak akan mendapat imbal hasil setinggi biasanya. Anda secara efektif tidak akan mendapat return dari risiko yang tinggi di negara berkembang" jelas Bunning.
Ia juga menyatakan yield di negara berkembang yang terlihat cukup rendah, dan ada beberapa tekanan, dan aliran modal kemungkinan akan keluar dari negara berkembang, dolar AS akan mendapat keuntungan dari hal tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
Pada perdagangan Kamis (9/1/2020) indeks yang dihitung dari pergerakan enam mata uang utama ini menguat 0,12% ke level 97,41 pada pukul 20:26WIB. Sementara dalam dua hari terakhir menguat masing-masing 0,35% dan 0,3%, dan jika dilihat sejak awal 2020 indeks dolar sudah menguat lebih dari 1%.
Di tahun ini, indeks yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS ini diprediksi akan menguat tajam di tahun ini oleh ahli strategi mata uang senior di HSBC, Dominic Bunning, saat berbicara di "Street Signs Europe" CNBC International.
"Di negara maju jika perekonomian tidak mampu tumbuh, apa yang akan dilakukan oleh bank sentralnya?" kata Bunning.
Dia melihat bank sentral di negara maju, seperti Reserve Bank of Australia (RBA), Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), European Central Bank (ECB), dan Bank of Japan (BoJ) hampir kehabisan amunisi kebijakan moneter.
"Hal itu kemungkinan akan memaksa mereka mengambil kebijakan yang tidak biasa (unconventional), dan cenderung menerapkan suku bunga negatif, atau mungkin program pembelian aset (quantitative easing) dalam jumlah besar, atau berbagai jenis program pembelian aset lain," tambahnya.
Di sisi lain, Bunning melihat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih menerapkan suku bunga yang cukup tinggi, sehingga lebih menguntungkan bagi investor. Bunning juga melihat selain suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan negara maju lainnya, status dolar AS sebagai safe haven juga memberikan keuntungan bagi the greenback.
Saat AS terlibat konflik dengan Iran dan berisiko terjadi perang, dolar AS masih tetap menguat akibat statusnya sebagai safe haven. Kemudian yang kedua, yang dapat membuat Mata Uang Paman Sam melesat adalah fluktuasi di negara berkembang.
"Sudut pandang lainnya adalah negara berkembang, tempat dimana banyak investasi, di mana imbal hasil telah jauh lebih rendah jadi anda (investor) tidak akan mendapat imbal hasil setinggi biasanya. Anda secara efektif tidak akan mendapat return dari risiko yang tinggi di negara berkembang" jelas Bunning.
Ia juga menyatakan yield di negara berkembang yang terlihat cukup rendah, dan ada beberapa tekanan, dan aliran modal kemungkinan akan keluar dari negara berkembang, dolar AS akan mendapat keuntungan dari hal tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
Most Popular