Sempat Nyaman di Zona Hijau, IHSG Sesi I Kok Lemes?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 January 2020 12:41
Per akhir sesi satu, IHSG terkoreksi 0,12% ke level 6.249,81.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (7/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,24% ke level 6.272,22. IHSG kemudian terus melaju dengan nyaman di zona hijau. Titik tertinggi IHSG pada hari ini berada di level 6.284,89, mengimplikasikan kenaikan sebesar 0,44% jika dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (6/1/2020).

Sayang, per akhir sesi satu IHSG justru berada di zona merah. Per akhir sesi satu, IHSG terkoreksi 0,12% ke level 6.249,81.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,76%), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (-1,54%), PT Astra International Tbk/ASII (-0,74%), PT Bank Mestika Dharma Tbk/BBMD (-14,59%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,13%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang kompak ditransaksikan di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei terapresiasi 1,41%, indeks Shanghai naik 0,36%, indeks Hang Seng menguat 0,5%, indeks Straits Times terkerek 0,65%, dan indeks Kospi bertambah 0,88%.

Bursa saham Benua Kuning menghijau pasca sebelumnya diterpa tekanan jual menyusul memanasnya tensi antara AS dengan Iran. Indeks Shanghai misalnya, sudah terkoreksi selama dua hari beruntun. Senada dengan indeks Shanghai, indeks Hang Seng juga sudah terkoreksi selama dua hari beruntun.

Seperti yang diketahui, pada Jumat pagi waktu Indonesia (3/1/2020) AS diketahui telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga meninggal dunia.

Kini, pelaku pasar saham Asia terus memantau kejelasan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Menjelang tahun baru kemarin, Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan diteken di Gedung Putih pada tanggal 15 Januari.

Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, pejabat tingkat tinggi dari China akan menghadiri penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu.

Kemudian, Trump juga mengungkapkan bahwa nantinya dirinya akan bertandang ke Beijing guna memulai negosiasi terkait kesepakatan dagang tahap dua.

Mengingat posisi AS dan China sebagai dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi, tentu prospek ditekennya kesepakatan dagang menjadi sentimen positif bagi pasar saham Asia.

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2019 yang mengecewakan menjadi faktor yang memantik aksi jual di pasar saham Tanah Air.

Pada siang hari ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan bahwa realisasi pendapatan negara pada tahun 2019 hanya mencapai Rp 1.957,2 triliun atau setara dengan 90,4% dari target yang senilai Rp 2.165,1 triliun. Sementara itu, realisasi belanja negara hanya mencapai Rp 2.310,2 triliun atau setara dengan 93,9% dari target yang senilai Rp 2.461,1 triliun.

Realisasi pendapatan dan belanja negara jauh berada di bawah capaian pada tahun 2018. Pada tahun 2018, realisasi pendapatan negara mencapai 102,6% dari target, sementara realisasi belanja negara mencapai 99,7% dari target atau nyaris 100%.

Dengan realisasi pendapatan dan belanja negara yang lemah tersebut, praktis bisa dikatakan bahwa amunisi pemerintah untuk membiayai pembangunan pada tahun 2019 terbatas. Pada akhirnya, laju perekonomian dikhawatirkan akan tetap lesu.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Ambyar! World War 3 di Depan Mata, IHSG Ambruk 1% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular