
Panasnya Konflik AS-Iran Tekan Dolar AS di Hadapan Euro
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 January 2020 18:43

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) memasuki perdagangan sesi Eropa Senin (6/1/2020). Penguatan mata uang 19 negara ini seakan mengabaikan kecemasan pelaku pasar akan kemungkinan terjadinya perang antara AS dengan Iran.
Pada pukul 17:10 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1190, melemah 0,29% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Tensi antara AS dengan Iran memanas setelah pada Jumat (3/1/2020) pesawat tanpa awak Paman Sam melancarkan serangan di Bandara Baghdad yang menewaskan Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassem Soleimani bersama dengan wakil komandan milisi syiah di Irak atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).
Di hari yang sama Pentagon mengkonfirmasi melakukan serangan tersebut atas restu arahan Presiden AS Donald Trump. "Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qassem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
Serangan tersebut dilakukan sebagai balasan dari serangan roket ke markas militer Irak di Kirkuk yang menewaskan kontraktor asal AS. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.
"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu AS, Presiden Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.
Kini pelaku pasar dibuat cemas akan kemungkinan terjadi perang yang lebih besar, seandainya Iran melancarkan serangan balasan. Dalam kondisi seperti ini, dolar yang dianggap sebagai mata uang safe haven seharusnya lebih unggul, tetapi nyatanya euro tetap mampu menguat.
Sementara itu, data yang dirilis dari Jerman pada hari ini sedikit memberikan sentimen positif bagi euro. Penjualan ritel Negeri Panser dilaporkan naik 2,1% month-on-month (MoM) di bulan November, dari bulan sebelumnya yang merosot 1,3% MoM. Kenaikan di bukan November tersebut juga menjadi yang tertinggi dalam lima bulan terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Pada pukul 17:10 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1190, melemah 0,29% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Tensi antara AS dengan Iran memanas setelah pada Jumat (3/1/2020) pesawat tanpa awak Paman Sam melancarkan serangan di Bandara Baghdad yang menewaskan Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassem Soleimani bersama dengan wakil komandan milisi syiah di Irak atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).
Di hari yang sama Pentagon mengkonfirmasi melakukan serangan tersebut atas restu arahan Presiden AS Donald Trump. "Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qassem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
Serangan tersebut dilakukan sebagai balasan dari serangan roket ke markas militer Irak di Kirkuk yang menewaskan kontraktor asal AS. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.
"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu AS, Presiden Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.
Kini pelaku pasar dibuat cemas akan kemungkinan terjadi perang yang lebih besar, seandainya Iran melancarkan serangan balasan. Dalam kondisi seperti ini, dolar yang dianggap sebagai mata uang safe haven seharusnya lebih unggul, tetapi nyatanya euro tetap mampu menguat.
Sementara itu, data yang dirilis dari Jerman pada hari ini sedikit memberikan sentimen positif bagi euro. Penjualan ritel Negeri Panser dilaporkan naik 2,1% month-on-month (MoM) di bulan November, dari bulan sebelumnya yang merosot 1,3% MoM. Kenaikan di bukan November tersebut juga menjadi yang tertinggi dalam lima bulan terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular