
AS-Iran Panas, Investor Pilih Emas, Rupiah Pun Lemas
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 January 2020 08:37

Hubungan AS-Iran memburuk sejak pekan lalu. Berawal dari serangan roket di pangkalan militer Irak yang menewaskan seorang kontraktor AS, Negeri Adidaya membalas dengan menggempur basis milisi Kataib Hezbollah yang dibekingi Iran.
Kemudian terjadi aksi unjuk rasa di kantor Kedutaan Besar (Kedubes) AS di ibukota Irak, Baghdad. Demonstrasi berlangsung ricuh, pelemparan batu terjadi di halaman kantor Kedubes AS. Aparat keamanan membubarkan massa dengan tembakan gas air mata.
Selang tidak lama setelah demonstrasi di Kedubes Irak, AS kembali melayangkan serangan udara yang menewaskan Mayor Jenderal Qasem Soleimani. AS menengarai Suleimani adalah otak di balik berbagai serangan Iran sehingga dijuluki The Shadow Commander (Komandan Bayangan).
Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa dengan membunuh Soleimani, artinya Washington berusaha untuk menghindari perang bukan memulai perang. Sebab, menurut dia, AS melakukan tindakan preventif sebelum konflik semakin meruncing.
"Kami melakukan tindakan itu (penyerangan yang menewaskan Soleimani) untuk menghentikan perang. Kami tidak memulai perang. Jenderal Soleimani telah membunuh dan melukai ribuan orang AS dan berencana membunuh lebih banyak lagi. Namun dia ketahuan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.
Iran tentu tidak terima. Soleimani adalah sosok yang dipuja di Negeri Persia sehingga dinilai gugur sebagai martir. Teheran berjanji akan membalas AS secara setimpal.
"Seperti ISIS, seperti (Adolf) Hitler, seperti Genghis (Khan)! Mereka semua benci dengan kebudayaan. Trump adalah teroris dengan jas. Dia akan belajar bahwa tidak akan ada yang bisa mengalahkan bangsa dan budaya Iran yang agung," cuit Javad Azari-Jahromi, Menteri Informasi dan Telekomunikasi Iran, di Twitter.
(aji/aji)
Kemudian terjadi aksi unjuk rasa di kantor Kedutaan Besar (Kedubes) AS di ibukota Irak, Baghdad. Demonstrasi berlangsung ricuh, pelemparan batu terjadi di halaman kantor Kedubes AS. Aparat keamanan membubarkan massa dengan tembakan gas air mata.
Selang tidak lama setelah demonstrasi di Kedubes Irak, AS kembali melayangkan serangan udara yang menewaskan Mayor Jenderal Qasem Soleimani. AS menengarai Suleimani adalah otak di balik berbagai serangan Iran sehingga dijuluki The Shadow Commander (Komandan Bayangan).
Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa dengan membunuh Soleimani, artinya Washington berusaha untuk menghindari perang bukan memulai perang. Sebab, menurut dia, AS melakukan tindakan preventif sebelum konflik semakin meruncing.
"Kami melakukan tindakan itu (penyerangan yang menewaskan Soleimani) untuk menghentikan perang. Kami tidak memulai perang. Jenderal Soleimani telah membunuh dan melukai ribuan orang AS dan berencana membunuh lebih banyak lagi. Namun dia ketahuan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.
Iran tentu tidak terima. Soleimani adalah sosok yang dipuja di Negeri Persia sehingga dinilai gugur sebagai martir. Teheran berjanji akan membalas AS secara setimpal.
"Seperti ISIS, seperti (Adolf) Hitler, seperti Genghis (Khan)! Mereka semua benci dengan kebudayaan. Trump adalah teroris dengan jas. Dia akan belajar bahwa tidak akan ada yang bisa mengalahkan bangsa dan budaya Iran yang agung," cuit Javad Azari-Jahromi, Menteri Informasi dan Telekomunikasi Iran, di Twitter.
(aji/aji)
Next Page
Perang di Depan Mata?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular