
World War III di Depan Mata, Harga Emas Antam Meroket?

Ke depannya, harga emas di pasar spot berpotensi untuk terus terkerek naik. Pasalnya, pada pagi hari ini waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antara AS dengan Iran semakin memanas.
Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 wilayah sebagai balasan.
Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui serangkaian cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 wilayah tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 wilayah tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.
![]() |
Sejauh ini, setidaknya ada tiga institusi keuangan ternama yang memprediksi bahwa harga emas akan mencapai US$ 1.600/troy ons di tahun 2020. Melihat posisi pada perdagangan terakhir di pekan ini di level US$ 1.551,4/troy ons, target tersebut sejatinya berpotensi dicapai dalam waktu dekat.
Tiga institusi yang memprediksi harga emas akan bergerak ke level US$ 1.600/troy ons pada tahun ini adalah Goldman Sachs, UBS, dan Citigroup.
Analis Goldman Sachs, Mikhail Sprogis, mengatakan bahwa ketika perekonomian global bangkit, maka mata uang utama lain akan menguat melawan dolar AS. Mata uang negara-negara berkembang di kawasan Asia juga diprediksi menguat melawan greenback.
Harga emas dibanderol dengan dolar AS dan ketika mata uang negeri Paman Sam melemah, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain sehingga permintaan bisa meningkat.
UBS Group AG juga memprediksi harga emas mencapai level US$ 1.600/troy ons, level yang belum pernah disentuh sejak Mei 2013. UBS melihat Pemilihan Umum (Pemilu) AS pada tahun ini bisa memicu volatilitas harga emas.
Sementara itu, Direktur Citigroup Akash Doshi mengatakan bahwa harga emas bisa mencapai US$ 1.600/troy ons degan mempertimbangkan peluang bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan di tahun ini terbilang kecil. Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi global masih akan menurun, inflasi masih lemah, dan perang dagang sepertinya masih akan terus berlanjut.
Proyeksi yang lebih bullish menyebutkan bahwa harga emas dunia bisa melejit hingga ke level US$ 2000/troy ons pada tahun ini itu atau melewati rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons yang dicapai pada September 2011 lalu.
Pada Juli 2019 silam, David Roche selaku presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy yang berbasis di London menjadi salah satu yang sangat bullish terhadap komoditas emas di tahun 2020, dengan memproyeksikannya akan bergerak ke level US$ 2.000/troy ons.
John Roque, analis teknikal di Wolfe Research juga memprediksi harga emas akan mencetak rekor tertinggi baru di tahun ini.
"Kami percaya emas akan (a) menembus resisten/tahanan atas di level US$ 1.577/troy ons, (b) bergerak menuju US$ 1.650/troy ons, dan (c) mencetak rekor tertinggi baru" tulis Roque dalam risetnya, sebagaimana dilansir dari Barron’s.
Salah satu faktor yang bisa mendukung harga emas terus bergerak naik adalah bank sentral yang terus menyerap emas dari pasar. Secara kolektif, pada periode 2011 sampai 2018 bank sentral secara rata-rata membeli emas lebih dari 500 metrik ton, berdasarkan data dari World Gold Council.
Di awal tahun 2019, bank sentral masih menunjukkan jumlah pembelian yang sama dan tren tersebut diprediksi masih akan berlanjut di tahun 2020 oleh George Milling-Stanley selaku kepala strategi komoditas emas di State Street, seperti dilansir dari Barron’s.
Dengan mencermati perkembangan yang ada di mana tensi antara AS dengan Iran kian memanas saja setiap harinya, memang potensi bergeraknya harga emas di pasar spot ke level US$ 2.000/troy ons menjadi tak bisa dikesampingkan.
Ketika harga emas di pasar spot melejit dengan signifikan, pastilah harga emas Antam akan ikut terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
