
Catat! Harga Minyak Mentah Diramal Bakal Kinclong di 2020
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 January 2020 14:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar minyak mentah diramal akan diwarnai dengan kenaikan harga di tahun 2020. Pemangkasan produksi minyak negara produsen minyak serta kian dekatnya Amerika Serikat (AS) dan China dengan kata damai ditengarai jadi pemicunya.
Sepanjang tahun 2019, rata-rata harga minyak mentah berjangka jenis Brent berada di US$ 64,5/barel. Harga minyak mentah berjangka acuan AS yaitu WTI berada di rata-rata US$ 57/barel. Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun lalu (year on year/yoy), harga minyak Brent naik 23,2% dan minyak WTI naik lebih tinggi hingga 35,3%.
Pada awal tahun hingga Mei, harga minyak mentah bergerak naik dan menyentuh level tertingginya dalam setahun. Kenaikan ini dipicu oleh upaya pemangkasan produksi minyak oleh negara-negara pengekspor minyak dan koleganya (OPEC+).
Namun, eskalasi perang dagang yang terjadi membuat harga minyak anjlok pada Juni. Selanjutnya harga minyak bergerak fluktuatif. Pada Juni OPEC+ kembali bertemu dan memutuskan untuk memperpanjang waktu pemangkasan minyak sebanyak 1,2 juta barel per hari (bpd) hingga Maret 2020.
Pada periode Juni hingga tengah Oktober fluktuasi harga minyak tergolong tinggi. Pemicunya perang dagang dan ketegangan yang terjadi di Timur Tengah. Serangan drone pada fasilitas kilang minyak Arab di Abqaiq dan Khurais menyebabkan produksi minyak negara tersebut berkurang hingga lebih dari 5 juta bpd. Jumlah tersebut setara dengan lebih dari 5% kebutuhan minyak global. Akibatnya harga minyak meroket hingga 15%.
Lonjakan harga minyak tak terjadi dalam waktu lama, hanya satu hari saja. Setelah itu harga minyak anjlok. Harga minyak terus turun ketika pasokan minyak kembali pulih di akhir September, jauh lebih cepat dari janji Arab Saudi untuk menormalkan produksi minyaknya setelah serangan.
Tak berselang beberapa lama, giliran kapal tanker Iran yang mengangkut minyak di sekitar pelabuhan Arab mendapat serangan rudal yang menyebabkan kebocoran dan tumpahnya minyak. Peristiwa tersebut terjadi 11 Oktober 2019 yang menyebabkan harga minyak naik 2% lebih. Dampaknya memang tak sebesar ketika serangan dilancarkan ke fasilitas kilang minyak milik Saudi Aramco.
Sejak pertengahan Oktober, harga minyak mentah berjangka mencatatkan reli panjang hingga akhir tahun. Harga minyak berjangka Brent telah naik 14,8% (point to point), sementara harga minyak berjangka WTI naik lebih tinggi hingga 17,2% (point to point).
Reli harga minyak menjelang akhir tahun disokong oleh dua faktor utama. Pertama kabar AS dan China yang sepakati perjanjian dagang fase satu dan pemangkasan produksi minyak lebih dalam yang dilakukan oleh OPEC+.
Pertengahan Desember lalu secara tak terduga AS dan China yang terlibat dalam perseteruan perang dagang selama 18 bulan terakhir mengumumkan bahwa kedua belah pihak telah menyepakati perjanjian dagang fase pertama.
Sepanjang tahun 2019, rata-rata harga minyak mentah berjangka jenis Brent berada di US$ 64,5/barel. Harga minyak mentah berjangka acuan AS yaitu WTI berada di rata-rata US$ 57/barel. Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun lalu (year on year/yoy), harga minyak Brent naik 23,2% dan minyak WTI naik lebih tinggi hingga 35,3%.
Pada awal tahun hingga Mei, harga minyak mentah bergerak naik dan menyentuh level tertingginya dalam setahun. Kenaikan ini dipicu oleh upaya pemangkasan produksi minyak oleh negara-negara pengekspor minyak dan koleganya (OPEC+).
Pada periode Juni hingga tengah Oktober fluktuasi harga minyak tergolong tinggi. Pemicunya perang dagang dan ketegangan yang terjadi di Timur Tengah. Serangan drone pada fasilitas kilang minyak Arab di Abqaiq dan Khurais menyebabkan produksi minyak negara tersebut berkurang hingga lebih dari 5 juta bpd. Jumlah tersebut setara dengan lebih dari 5% kebutuhan minyak global. Akibatnya harga minyak meroket hingga 15%.
Lonjakan harga minyak tak terjadi dalam waktu lama, hanya satu hari saja. Setelah itu harga minyak anjlok. Harga minyak terus turun ketika pasokan minyak kembali pulih di akhir September, jauh lebih cepat dari janji Arab Saudi untuk menormalkan produksi minyaknya setelah serangan.
Tak berselang beberapa lama, giliran kapal tanker Iran yang mengangkut minyak di sekitar pelabuhan Arab mendapat serangan rudal yang menyebabkan kebocoran dan tumpahnya minyak. Peristiwa tersebut terjadi 11 Oktober 2019 yang menyebabkan harga minyak naik 2% lebih. Dampaknya memang tak sebesar ketika serangan dilancarkan ke fasilitas kilang minyak milik Saudi Aramco.
Sejak pertengahan Oktober, harga minyak mentah berjangka mencatatkan reli panjang hingga akhir tahun. Harga minyak berjangka Brent telah naik 14,8% (point to point), sementara harga minyak berjangka WTI naik lebih tinggi hingga 17,2% (point to point).
Reli harga minyak menjelang akhir tahun disokong oleh dua faktor utama. Pertama kabar AS dan China yang sepakati perjanjian dagang fase satu dan pemangkasan produksi minyak lebih dalam yang dilakukan oleh OPEC+.
Pertengahan Desember lalu secara tak terduga AS dan China yang terlibat dalam perseteruan perang dagang selama 18 bulan terakhir mengumumkan bahwa kedua belah pihak telah menyepakati perjanjian dagang fase pertama.
Next Page
Ramalan Harga Minyak Tahun 2020
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular