
Beda dengan IHSG, Saham BBRI Melesat 20% Sepanjang 2019
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
30 December 2019 16:40

Jakarta, CNBC Indonesia- Menutup perdagangan pada 2019, Senin (30/12/2019), harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) bertahan di level 4.400 per saham. Saham BBRI melemah tipis, 0,68% dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Bank pelat merah ini membuka perdagangan hari ini, Senin (30/12/2019) di level Rp 4.450 per saham. Bank BRI mencatatkan turnover Rp 418,4 miliar, dengan beli asing senilai Rp 273,7 miliar, dan jual asing senilai Rp 231 miliar. Sementara untuk beli domestik tercatat Rp 144,6 miliar dan jual domestik Rp 187,4 miliar.
Berdasarkan data RTI, Market Cap BBRI di penutupan hari ini mencapai Rp 542,72 triliun. Saham bank BRI pun tercatat diperdagangkan 7.672 kali dengan volume 66,44 juta lembar saham.
Bila dibandingkan dengan akhir 2018 yang tercatat Rp 3.660, saham BRI ditutup menguat 20,22%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup di level 6.299,54 atau minus 0,47% pada perdagangan terakhir di tahun 2019, Senin (30/12/2019). Namun kinerja IHSG sepanjang tahun ini tercatat menguat tipis 1,70%, lebih baik dari tahun 2018 yakni minus hingga 2,54%.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, BRI akan tetap fokus pada sektor mikro di tahun depan.
Haru memproyeksikan, kredit mikro ditargetkan mencapai pertumbuhan 15% tahun depan, lebih tinggi dibandingkan segmen lainnya. Hingga kuartal III-2019, BRI telah menyalurkan kredit mikro senilai Rp 701 triliun, atau 77,60% dari total kredit.
"Porsi mikro diperkirakan lebih banyak, dan tumbuh 15%," kata Haru, Jumat (20/12/2019).
Dia juga memperkirakan suku bunga Bank Indonesia, dan Giro Wajib Minimum (GWM) turun lagi maka Net Interest Margin (NIM) bisa tetap stabil. Hingga akhir tahun ini Haru memproyeksikan NIM di kisaran 6,9-7%. Sementara NPL pada 2020 pun diharapkan bisa tetap terjaga.
Sementara secara total kredit BRI menargetkan pertumbuhan 10%, dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan 10-11%.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI juga terus berupaya dalam menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) 2,40% hingga 2,50% pada 2020 atau lebih rendah dari prognosa 2019 sebesar 2,50% hingga 2,65%.
BRI hingga kuartal III-2019 membukukan laba bersih sebesar Rp 24,80 triliun, tumbuh 5,36% secara tahunan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 23,5 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit, bank dengan kode saham BBRI tersebut menyalurkan kredit senilai Rp 903,14 triliun atau tumbuh 11,65%, lebih tinggi dari rata-rata industri perbankan sebesar 8,59%.
(dob/dob) Next Article Membedah Prospek Saham BBRI Pekan Ini
Bank pelat merah ini membuka perdagangan hari ini, Senin (30/12/2019) di level Rp 4.450 per saham. Bank BRI mencatatkan turnover Rp 418,4 miliar, dengan beli asing senilai Rp 273,7 miliar, dan jual asing senilai Rp 231 miliar. Sementara untuk beli domestik tercatat Rp 144,6 miliar dan jual domestik Rp 187,4 miliar.
Berdasarkan data RTI, Market Cap BBRI di penutupan hari ini mencapai Rp 542,72 triliun. Saham bank BRI pun tercatat diperdagangkan 7.672 kali dengan volume 66,44 juta lembar saham.
Bila dibandingkan dengan akhir 2018 yang tercatat Rp 3.660, saham BRI ditutup menguat 20,22%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup di level 6.299,54 atau minus 0,47% pada perdagangan terakhir di tahun 2019, Senin (30/12/2019). Namun kinerja IHSG sepanjang tahun ini tercatat menguat tipis 1,70%, lebih baik dari tahun 2018 yakni minus hingga 2,54%.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, BRI akan tetap fokus pada sektor mikro di tahun depan.
Haru memproyeksikan, kredit mikro ditargetkan mencapai pertumbuhan 15% tahun depan, lebih tinggi dibandingkan segmen lainnya. Hingga kuartal III-2019, BRI telah menyalurkan kredit mikro senilai Rp 701 triliun, atau 77,60% dari total kredit.
"Porsi mikro diperkirakan lebih banyak, dan tumbuh 15%," kata Haru, Jumat (20/12/2019).
Dia juga memperkirakan suku bunga Bank Indonesia, dan Giro Wajib Minimum (GWM) turun lagi maka Net Interest Margin (NIM) bisa tetap stabil. Hingga akhir tahun ini Haru memproyeksikan NIM di kisaran 6,9-7%. Sementara NPL pada 2020 pun diharapkan bisa tetap terjaga.
Sementara secara total kredit BRI menargetkan pertumbuhan 10%, dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan 10-11%.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI juga terus berupaya dalam menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) 2,40% hingga 2,50% pada 2020 atau lebih rendah dari prognosa 2019 sebesar 2,50% hingga 2,65%.
BRI hingga kuartal III-2019 membukukan laba bersih sebesar Rp 24,80 triliun, tumbuh 5,36% secara tahunan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 23,5 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit, bank dengan kode saham BBRI tersebut menyalurkan kredit senilai Rp 903,14 triliun atau tumbuh 11,65%, lebih tinggi dari rata-rata industri perbankan sebesar 8,59%.
(dob/dob) Next Article Membedah Prospek Saham BBRI Pekan Ini
Most Popular