Berikut Sentimen Penggerak IHSG di Akhir 2019 & Awal 2020

Rilis Data Ekonomi Luar Negeri
Sentimen ketiga yang perlu diwaspadai pelaku pasar saham tanah air adalah rilis data ekonomi di luar negeri.
Pada hari Senin (30/12/2019), data perdagangan internasional Hong Kong periode November 2019 akan dirilis. Pada hari Selasa (31/12/2019), Biro Statistik China akan merilis angka Manufacturing PMI periode Desember 2019. Masih di hari yang sama, data indeks keyakinan bisnis dan tingkat inflasi Korea Selatan periode Desember 2019 akan dirilis.
Pada hari Rabu (1/1/2020), data perdagangan internasional Korea Selatan periode Desember 2019 akan dirilis. Sehari setelahnya, Kamis (2/1/2020), Manufacturing PMI periode Desember 2019 versi Markit akan dirilis.
Masih pada hari Kamis, Manufacturing PMI China periode Desember 2019 versi Caixin akan dirilis. Kemudian, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi Singapura periode kuartal IV-2019 akan dirilis.
Pada hari Jumat (3/1/2020), data penjualan barang-barang ritel Hong Kong periode November 2019 akan dirilis.
Selain rilis data ekonomi dari negara-negara Asia, rilis data ekonomi dari AS juga perlu dicermati, mengingat AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.
Pada Selasa malam waktu Indonesia, data indeks keyakinan konsumen periode Desember 2019 akan dirilis oleh The Conference Board. Kemudian pada hari Jumat malam waktu Indonesia, Manufacturing PMI periode Desember 2019 versi Institute for Supply Management (ISM) akan dirilis.
Rilis Data Ekonomi Indonesia
Sentimen terakhir yang perlu diwaspadai pelaku pasar saham tanah air adalah rilis data ekonomi dari dalam negeri.
Pada hari Kamis, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Desember 2019 sekaligus angka inflasi untuk keseluruhan tahun 2019.
Untuk diketahui, dalam beberapa waktu terakhir terdapat kekhawatiran yang besar bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada di level yang rendah. Hal ini tercermin dari rendahnya angka inflasi.
Pada awal bulan ini, BPS mengumumkan bahwa sepanjang bulan November terjadi inflasi sebesar 0,14% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) tercatat di level 3%.
Inflasi pada bulan November berada di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Median dari 12 ekonom yang ikut berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memproyeksikan tingkat inflasi secara bulanan di level 0,2%, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan berada di angka 3,065%.
Lantas, lagi-lagi inflasi Indonesia berada di bawah ekspektasi. Sebelumnya pada bulan Oktober, BPS mencatat bahwa terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,13%.
Inflasi pada bulan Oktober berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.
Jika angka inflasi di bulan Desember kembali berada di bawah ekspektasi, kekhawatiran bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada di level yang rendah bisa bertambah besar dan memantik aksi jual atas saham-saham konsumer.
TIM RISET CNBC INDONESIA
