
Tembus 6.300, IHSG Terbaik Ketiga Asia Pekan Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 December 2019 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kuat menanjak pada pekan ini. Bahkan IHSG sudah menembus level 6.300.
Sepanjang minggu ini, IHSG membukukan kenaikan 0,72%. Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG berada di 6.329,31, tertinggi sejak 24 Oktober.
Pergerakan IHSG searah dengan bursa saham utama Asia lainnya. Jelang akhir tahun, sepertinya Santa Claus Rally sedang menghinggapi pasar keuangan Asia.
Namun IHSG lumayan spesial. Penguatan 0,72% membawa IHSG menduduki peringkat tiga Asia, hanya kalah dari pasar saham Hong Kong dan Taiwan yang melesat lebih dari 1%.
Berikut perkembangan indeks saham utama Asia sepanjang pekan ini:
Sentimen positif yang menghinggapi pasar keuangan Asia masih seputar hubungan AS-China. Arahnya positif, karena kedua negara di ambang menandatangani perjanjian damai dagang fase I.
Pada Hari Natal, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan Washington dan Beijing akan segera meneken kesepakatan dagang. Saat ini naskah perjanjian sudah hampir rampung, tinggal proses penerjemahan.
"Kami akan melakukan seremoni penandatanganan. Pasti. Kami akan melakukan penandatanganan dengan cepat karena kami ingin segera selesai. Kesepakatan sudah selesai, sekarang tinggal diterjemahkan," kata Trump, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, rilis sejumlah data ekonomi yang ciamik membuat investor berkenan masuk ke bursa saham Benua Kuning. Di China, laba industrial pada November naik 5,4% year-on-year (YoY), kenaikan tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Secara kumulatif, laba industrial di Negeri Tirai Bambu masih turun 2,1% YoY pada November. Namun membaik dibandingkan sebulan sebelumnya yang terkontraksi 2,9% YoY.
Sementara di Jepang, laju inflasi pada November tercatat 0,5% YoY. Ini menjadi laju tercepat dalam empat bulan terakhir.
Sebagai negara maju, Jepang memang mendambakan inflasi. Sebab inflasi menunjukkan keberanian dunia usaha menaikkan harga barang dan jasa karena tahu konsumen mampu membayarnya. Sebuah ciri ekonomi yang sehat, apalagi di Jepang yang masih dilanda stagnasi.
Berbagai perkembangan ini menjadi pertanda awal bahwa badai sudah berlalu. Perlahan, aura gloomy dan pesimisme di Asia memudar seiring kedatangan damai dagang AS-China. Prospek ekonomi Asia 2020 sepertinya akan cerah.
Hasilnya adalah risk appetite pasar bangkit. Perburuan terhadap aset-aset berisiko kembali semarak dan membuat pasar saham Asia menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article IHSG Gagal Happy Weekend Setelah Cetak Rekor Baru
Sepanjang minggu ini, IHSG membukukan kenaikan 0,72%. Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG berada di 6.329,31, tertinggi sejak 24 Oktober.
Pergerakan IHSG searah dengan bursa saham utama Asia lainnya. Jelang akhir tahun, sepertinya Santa Claus Rally sedang menghinggapi pasar keuangan Asia.
Namun IHSG lumayan spesial. Penguatan 0,72% membawa IHSG menduduki peringkat tiga Asia, hanya kalah dari pasar saham Hong Kong dan Taiwan yang melesat lebih dari 1%.
Berikut perkembangan indeks saham utama Asia sepanjang pekan ini:
Sentimen positif yang menghinggapi pasar keuangan Asia masih seputar hubungan AS-China. Arahnya positif, karena kedua negara di ambang menandatangani perjanjian damai dagang fase I.
Pada Hari Natal, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan Washington dan Beijing akan segera meneken kesepakatan dagang. Saat ini naskah perjanjian sudah hampir rampung, tinggal proses penerjemahan.
"Kami akan melakukan seremoni penandatanganan. Pasti. Kami akan melakukan penandatanganan dengan cepat karena kami ingin segera selesai. Kesepakatan sudah selesai, sekarang tinggal diterjemahkan," kata Trump, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, rilis sejumlah data ekonomi yang ciamik membuat investor berkenan masuk ke bursa saham Benua Kuning. Di China, laba industrial pada November naik 5,4% year-on-year (YoY), kenaikan tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Secara kumulatif, laba industrial di Negeri Tirai Bambu masih turun 2,1% YoY pada November. Namun membaik dibandingkan sebulan sebelumnya yang terkontraksi 2,9% YoY.
Sementara di Jepang, laju inflasi pada November tercatat 0,5% YoY. Ini menjadi laju tercepat dalam empat bulan terakhir.
Sebagai negara maju, Jepang memang mendambakan inflasi. Sebab inflasi menunjukkan keberanian dunia usaha menaikkan harga barang dan jasa karena tahu konsumen mampu membayarnya. Sebuah ciri ekonomi yang sehat, apalagi di Jepang yang masih dilanda stagnasi.
Berbagai perkembangan ini menjadi pertanda awal bahwa badai sudah berlalu. Perlahan, aura gloomy dan pesimisme di Asia memudar seiring kedatangan damai dagang AS-China. Prospek ekonomi Asia 2020 sepertinya akan cerah.
Hasilnya adalah risk appetite pasar bangkit. Perburuan terhadap aset-aset berisiko kembali semarak dan membuat pasar saham Asia menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article IHSG Gagal Happy Weekend Setelah Cetak Rekor Baru
Most Popular