Walau Menguat Tipis, Rupiah Masih Masuk Zona Liga Champions

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 December 2019 06:28
Walau Menguat Tipis, Rupiah Masih Masuk Zona Liga Champions
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sepanjang pekan ini. Walau penguatannya relatif tipis, tidak sampai 0,2%, tetapi sudah cukup untuk membawa rupiah menjadi salah satu mata uang terbaik Asia.

Selama minggu ini, rupiah menguat 0,18% di hadapan greenback. Sebagai catatan, pekan ini perdagangan hanya berlangsung tiga hari karena ada libur Hari Natal.

Pada penutupan kemarin, rupiah berada di Rp 13.945/US$. Ini adalah posisi terkuat sejak 22 Juli.




Sementara mata uang utama Asia pun bergerak searah dengan rupiah. Namun apresiasi 0,18% sudah cukup untuk membuat rupiah sebagai salah satu yang terbaik di Benua Kuning. Meski hanya di peringkat empat, tapi lumayan lah. Ibarat sepakbola, masih masuk zona Liga Champions.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia sepanjang pekan ini:

 



Berhubung ada libur Hari Natal dan jelang Tahun Baru, perdagangan memang kurang semarak. Investor sudah bersiap liburan dan menghadapi 2020.

Sentimen eksternal yang menggerakkan pasar pekan ini masih seputar relasi AS-China. Arahnya positif, karena kedua negara di ambang menandatangani perjanjian damai dagang fase I.

Pada Hari Natal, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan Washington dan Beijing akan segera meneken kesepakatan dagang. Saat ini naskah perjanjian sudah hampir rampung, tinggal proses penerjemahan.

"Kami akan melakukan seremoni penandatanganan. Pasti. Kami akan melakukan penandatanganan dengan cepat karena kami ingin segera selesai. Kesepakatan sudah selesai, sekarang tinggal diterjemahkan," kata Trump, seperti diberitakan Reuters.

Beijing pun tidak kalah optimistis. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan kedua negara terus menjalin komunikasi yang intensif.

"Tim ekonomi dan perdagangan kedua negara terus menjalin komunikasi erat terkait detail kesepakatan dan pekerjaan yang terkait dengan itu," kata Geng, seperti dikutip dari Reuters.


Namun selepas Hari Natal, tidak ada kabar yang benar-benar baru dari AS-China. Oleh karena itu, pelaku pasar pun menjadi kurang bersemangat. Apalagi libur Tahun Baru sudah dekat.

"Secara umum, kondisi memang sepi karena sebagian pasar keuangan di negara-negara Barat masih tutup dan likuiditas begitu tipis. Anda mungkin bisa mendengar suara jangkrik," ujar John Doyle, Vice President di Tempus Inc yang berbasis di Washington, seperti dikutip dari Reuters.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/roy) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular