
Astaga! Investasi Jiwasraya di Saham LQ45 Cuma 5%, Sisanya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen baru PT Asuransi Jiwasraya (Persero) memaparkan salah satu penyebab penundaan pembayaran polis produk JS Saving Plan senilai Rp 12,4 triliun (gagal bayar) karena perseroan melakukan investasi di aset-aset berisiko tinggi seperti saham yang dilakukan sebelumnya.
Dari jumlah itu, ternyata hanya 5% porsi investasi saham ditempatkan pada indeks LQ-45, selebihnya saham lapis dengan fundamental rendah dan berisiko tinggi alias saham gorengan. Indeks LQ45 adalah kumpulan 45 saham paling likuid dan berkinerja baik di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko, dalam pertemuan terbatas awak media di kawasan Kemang, Jakarta Selatan membeberkan, sepanjang tahun 2018 perseroan menginvestasikan sebesar Rp 5,7 triliun atau 22,4% dari aset finansial ke saham.
"Hanya 5% saham yang diinvestasikan di LQ45," kata Hexana, Jumat (27/12/2019).
Selanjutnya, komposisi investasi di reksa dana saham mencapai Rp 14,9 triliun atau 59,15%, di mana dari jumlah itu hanya 2% saham yang dikelola oleh top tier manajer investasi di Indonesia.
Hexana melanjutkan, karena tidak adanya portofolio guideline yang mengatur nilai investasi maksimum pada aset berisiko tinggi, maka dengan kondisi pasar seperti sekarang, mayoritas aset investasi tersebut menjadi tidak likuid.
Selanjutnya, kata Hexana, modus yang dilakukan manajemen Jiwasraya sebelumnya adalah secara agresif melakukan window dressing dengan modus saham-saham yang sudah overprice atau kemahalan dibeli oleh Jiwasraya di pasar negosiasi. Window dressing adalah yang dilakukan untuk 'memoles' laporan keuangan.
Namun, Hexana tak tinggal diam setelah masuk di Jiwasraya, pembenahan mulai dilakukan salah satunya adalah dengan mengurangi portofolio aset berisiko.
Saat ini, portofolio di aset saham tinggal sekitar Rp 1,4 triliun per 26 Desember 2019, sedangkan di reksa dana saham tersisa sebesar Rp 4 triliun.
Strategi yang bakal dilakukan terkait volatilitas harga terutama di instrumen saham, dalam 5 tahun ke depan, kata Hexana, Jiwasaraya akan mengurangi komposisi portofolio investasi di saham dari saat ini lebih dari 50% menjadi hanya 20% dan itu pun di saham-saham unggulan atau blue chips.
Selanjutnya, masing-masing 30% akan diinvetasikan ke aset obligasi BUMN dan SBN (Surat Berharga Negara).
Adapun, portofolio saham-saham yang jadi aset investasi Jiwasraya yang nilainya sudah undervalued (rendah di bawah harga wajar) akan dilepas.
"Diupayakan dilepas semoga akan yang laku. Cut loss boleh sepanjang ada kebijakan internal, kedua, tidak ada indikasi fraud," tukasnya.
(tas/tas) Next Article Jelimetnya Skandal Jiwasraya, Begini Strategi KemenBUMN
