Spesialis di Menit Akhir, Rupiah Kembali Tekuk Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 December 2019 16:48
Spesialis di Menit Akhir, Rupiah Kembali Tekuk Dolar AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (26/12/2019). Mata Uang Garuda sekali lagi membuktikan diri sebagai spesialis menit-menit akhir, seperti tiga perdagangan di pekan lalu.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% di level Rp 13.965/US$, pelemahan kemudian bertambah besar hingga ke Rp 13.975/US$. Rupiah bergerak di antara level tersebut hingga selepas tengah hari.

Beberapa menit sebelum perdagangan dalam negeri ditutup, rupiah akhirnya bangkit dan memukul balik dolar. Pada akhirnya rupiah menguat 0,07% ke level Rp 13.950/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 16:00 WIB, ringgit Malaysia menjadi mata uang terbaik dengan menguat 0,1% disusul peso Filipina yang menguat 0,08%. Rupiah melengkapi tiga besar mata uang terbaik hari ini.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.

Sejak akhir November hingga Senin (23/12/2019), rupiah tercatat menguat nyaris 1%. Penguatan cukup signifikan tersebut membuat rupiah diterpa aksi ambil untung, apalagi rupiah sudah berada di bawah level psikologis Rp 14.000/US$. Tentunya perlu momentum lebih besar untuk mampu terus menjauhi level psikologis tersebut. 

Tanpa sentimen yang baru, agak sulit rupiah untuk bisa menguat signifikan, hanya mampu menguat tipis-tipis. 

Kesepakatan dagang fase I AS-China masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang. Presiden AS, Donald Trump, pada hari Selasa (24/12/2019) menyebut kesepakatan dagang fase I sudah hampir selesai, dan akan ada upacara penandatanganan dengan Presiden China Xi Jinping. 



"Ya, kami akan mengadakan upacara penandatanganan," kata Trump kepada wartawan, seperti dilansir dari Reuters. Sehari sebelumnya, CNBC International melaporkan China akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.

Perang dagang kedua negara sudah berlangsung selama 18 bulan membuat perekonomian kedua negara melambat dan berdampak pada ekonomi global. Ketika kedua negara mencapai kesepakatan dagang, harapan bangkitnya ekonomi global membuncah, sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali memburu aset berisiko yang berimbal hasil tinggi. 



Membaiknya sentimen pelaku pasar bisa dilihat dari bursa saham yang terus menguat. Wall Street (bursa saham AS) yang merupakan kiblat bursa saham global terus mencetak rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. 

Kala sentimen pelaku pasar membaik, rupiah sebagai aset yang memberikan imbal hasil tinggi juga mendapat rezeki. Dengan demikian, rupiah yang melemah akibat profit taking pada akhirnya berhasil memukul balik dolar AS. 


TIM RISET CNBC INDOENSIA



(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular