
Hari Kejepit, Rupiah Tetap Perkasa di Hadapan Dolar AS

Meski berhasil menguat, sekali lagi rupiah masih belum bisa terus menjauh dari level psikologis Rp 14.000/US$. Pergerakan hari ini memberikan gambaran akan hal tersebut, rupiah sempat melemah mendekati Rp 14.000/US$ meski menguat di awal perdagangan.
Dengan kondisi eksternal dan internal saat ini, sepertinya Mata Uang Garuda masih akan belum jauh-jauh dari level psikologis tersebut. Level Rp 14.000/US$ seakan jadi magnet yang terus menarik rupiah mendekatinya.
Apalagi menuju akhir tahun, permintaan valas oleh korporasi akan meningkat untuk pembayaran dividen, pembayaran pokok/bunga utang, dan sebagainya, sehingga cenderung membatasi penguatan rupiah.
Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (13/12/2019) kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I, dan diperkirakan akan ditandatangani di awal tahun depan.
Sementara pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimisme pelaku pasar kesepakatan dagang fase I segera diteken.
Presiden Trump, juga menyatakan kesepakatan dagang akan ditandatangani dalam waktu dekat. "Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Pada hari ini, giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.
Selain dengan China, AS juga memberikan kabar bagus terkait hubungan dagang dengan Kanada dan Meksiko.
Akhir pekan lalu, House of Representatives (DPR) menyetujui rancangan undang-undang (RUU) kerja sama perdagangan AS-Kanada-Meksiko pengganti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Untuk diketahui, pada tahun lalu Presiden AS Donald Trump memutuskan keluar dari NAFTA karena dianggap merugikan Negeri Paman Sam. Trump lantas menyusun kesepakatan bilateral dengan Kanada dan Meksiko (Trump bukan seorang multilateralis) dan menuangkannya dalam US-Mexico-Canada Agreement (USMCA), yang disetujui DPR AS pekan lalu.
"USMCA akan mendatangkan lapangan kerja, teknologi, dan investasi. Dukungan AS akan mengakhiri masa-masa penuh ketidakpastian," kata Marcelo Ebrard, Menteri Luar Negeri Meksiko, seperti diberitakan Reuters.
Kini RUU tersebut akan diserahkan ke Senat AS, dan hampir pasti akan diloloskan dan sah menjadi undang-undang mengingat Partai Republik tempat Presiden Trump bernaung, menjadi penguasa kamar kedua dalam sistem legislatif bikameral di AS.
Kabar bagus tersebut membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik dan masuk ke aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi. Rupiah menjadi salah satu yang mendapat rejeki.
TIM RISET CNBC INDONESIA
