
Perkasa di Kurs Tengah BI, Rupiah Plin-plan di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 December 2019 10:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah yang dibuka menguat masih bingung menentukan arah.
Pada Senin (23/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.978. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan berada di posisi terbaik sejak 23 Juli.
Di 'arena' pasar spot, rupiah masih galau Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.970, sama persis dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu alias stagnan.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,14% dan menyentuh titik terkuat sejak 23 Juli. Namun seiring perjalanan, apresiasi rupiah agak tergerus meski belum sampai tergelincir ke jalur merah.
Sedangkan mata uang utama Asia masih bergerak variatif di hadapan dolar AS. Jelang libur Hari Natal dan Tahun Baru, sepertinya pelaku pasar mulai kehilangan fokus. Liburan sudah menjadi prioritas utama.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:09 WIB:
Hawa damai dagang masih menyelimuti pasar. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan pernyataan positif mengenai rencana damai dagang AS-China.
"Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Sebagaimana diketahui, AS-China sudah menyepakati poin-poin dalam perjanjian damai dagang fase I. Kemungkinan perjanjian ini akan diteken pada awal Januari 2020 oleh Trump dan Presiden China Xi Jinping.
"Kesepakatan akan ditandatangani pada awal Januari, saat ini masih dalam proses pemolesan di aspek legal dan teknis. Kami akan bekerja keras untuk negosiasi di fase II," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, seperti diberitakan Reuters.
Selain AS-China, hawa damai dagang juga terasa dalam hubungan AS-Kanada-Meksiko. Akhir pekan lalu, House of Representatives (satu dari dua kamar parlemen AS) menyetujui rancangan undang-undang kerja sama perdagangan AS-Kanada-Meksiko pengganti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Tahun lalu, Trump memutuskan Negeri Adidaya keluar dari NAFTA karena dianggap merugikan. Produk-produk Kanada dan Meksiko masuk dengan deras ke AS, tanpa ada investasi dari dua negara tersebut, Trump menilai AS cuma dijadikan pasar. Oleh karena itu, Trump menyusun kesepakatan bilateral dengan Kanada dan Meksiko (Trump bukan seorang multilateralis) dan menuangkannya dalam US-Mexico-Canada Agreement (USMCA).
Setelah setahun lebih, akhirnya House menyetujui rancangan undang-undang USMCA. Proses berikutnya adalah dibawa ke Senat. Namun sepertinya tidak akan ada hambatan yang berarti karena Senat dikuasai oleh Partai Republik pendukung pemerintah.
"USMCA akan mendatangkan lapangan kerja, teknologi, dan investasi. Dukungan AS akan mengakhiri masa-masa penuh ketidakpastian," kata Marcelo Ebrard, Menteri Luar Negeri Meksiko, seperti diberitakan Reuters.
Jelang 2020, sepertinya kondisi lebih adem. Ada harapan damai dagang bisa memulihkan rantai pasok global yang rusak dan menyebabkan perlambatan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Ada tanda-tanda stabilisasi setelah dunia menghadapi perlambatan ekonomi. Memasuki 2020 ada harapan bahwa situasi akan lebih baik dibandingkan 2019. Namun tidak ada ruang untuk terlena," tegas David Bassanese, Kepala Ekonom Betashares yang berbasis di Sydney (Australia), seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Senin (23/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.978. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan berada di posisi terbaik sejak 23 Juli.
Di 'arena' pasar spot, rupiah masih galau Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.970, sama persis dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu alias stagnan.
Sedangkan mata uang utama Asia masih bergerak variatif di hadapan dolar AS. Jelang libur Hari Natal dan Tahun Baru, sepertinya pelaku pasar mulai kehilangan fokus. Liburan sudah menjadi prioritas utama.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:09 WIB:
Hawa damai dagang masih menyelimuti pasar. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan pernyataan positif mengenai rencana damai dagang AS-China.
"Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Sebagaimana diketahui, AS-China sudah menyepakati poin-poin dalam perjanjian damai dagang fase I. Kemungkinan perjanjian ini akan diteken pada awal Januari 2020 oleh Trump dan Presiden China Xi Jinping.
"Kesepakatan akan ditandatangani pada awal Januari, saat ini masih dalam proses pemolesan di aspek legal dan teknis. Kami akan bekerja keras untuk negosiasi di fase II," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, seperti diberitakan Reuters.
Selain AS-China, hawa damai dagang juga terasa dalam hubungan AS-Kanada-Meksiko. Akhir pekan lalu, House of Representatives (satu dari dua kamar parlemen AS) menyetujui rancangan undang-undang kerja sama perdagangan AS-Kanada-Meksiko pengganti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Tahun lalu, Trump memutuskan Negeri Adidaya keluar dari NAFTA karena dianggap merugikan. Produk-produk Kanada dan Meksiko masuk dengan deras ke AS, tanpa ada investasi dari dua negara tersebut, Trump menilai AS cuma dijadikan pasar. Oleh karena itu, Trump menyusun kesepakatan bilateral dengan Kanada dan Meksiko (Trump bukan seorang multilateralis) dan menuangkannya dalam US-Mexico-Canada Agreement (USMCA).
Setelah setahun lebih, akhirnya House menyetujui rancangan undang-undang USMCA. Proses berikutnya adalah dibawa ke Senat. Namun sepertinya tidak akan ada hambatan yang berarti karena Senat dikuasai oleh Partai Republik pendukung pemerintah.
"USMCA akan mendatangkan lapangan kerja, teknologi, dan investasi. Dukungan AS akan mengakhiri masa-masa penuh ketidakpastian," kata Marcelo Ebrard, Menteri Luar Negeri Meksiko, seperti diberitakan Reuters.
Jelang 2020, sepertinya kondisi lebih adem. Ada harapan damai dagang bisa memulihkan rantai pasok global yang rusak dan menyebabkan perlambatan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Ada tanda-tanda stabilisasi setelah dunia menghadapi perlambatan ekonomi. Memasuki 2020 ada harapan bahwa situasi akan lebih baik dibandingkan 2019. Namun tidak ada ruang untuk terlena," tegas David Bassanese, Kepala Ekonom Betashares yang berbasis di Sydney (Australia), seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular