
Melesat di Menit-menit Akhir, IHSG Happy Weekend! Naik 0,55%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 December 2019 16:43

Sentimen negatif dari dalam negeri menjadi faktor yang menekan kinerja IHSG sepanjang hari ini, sebelum akhirnya ditutup menguat dengan besaran yang lumayan.
Sentimen negatif yang dimaksud datang dari pengumuman hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin.
Pasca menggelar RDG selama dua hari, BI memutuskan untuk mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5%.
Keputusan ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan 7-Day Reverse Repo Rate akan ditahan di level 5% oleh bank sentral. Dari sebanyak 11 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya memperkirakan BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan.
Selain mempertahankan tingkat suku bunga acuan, rasio Giro Wajib Minimum (GWM) juga tak diutak-atik oleh bank sentral. Alhasil, tak ada suntikan kebijakan moneter yang diberikan oleh BI menjelang akhir tahun.
Keputusan BI untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan dan rasio GWM sesuai dengan analisis dari kami yang menunjukkan bahwa tak akan ada pelonggaran kebijakan moneter yang diumumkan oleh BI.
Untuk diketahui, di sepanjang tahun ini BI telah memangkas 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps sebanyak empat kali. Jika ditotal, tingkat suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps pada tahun ini oleh BI.
Kalau melihat laju perekonomian, jelas terlihat bahwa saat ini Indonesia sedang membutuhkan stimulus yang bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan atau rasio GWM. Sepanjang kuartal III-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,02% secara tahunan.
Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, sementara pada kuartal II-2019 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 5,04% secara tahunan.
Lantas, laju perekonomian untuk keseluruhan tahun 2019 hampir mustahil untuk tumbuh sesuai dengan outlook yang dipatok pemerintah di level 5,2%. Bahkan, tampaknya pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2019 akan lebih rendah dari capaian tahun 2018 yang mencapai 5,17%.
Kala tingkat suku bunga acuan kembali dipangkas, bank akan terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Sentimen negatif yang dimaksud datang dari pengumuman hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin.
Pasca menggelar RDG selama dua hari, BI memutuskan untuk mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5%.
Selain mempertahankan tingkat suku bunga acuan, rasio Giro Wajib Minimum (GWM) juga tak diutak-atik oleh bank sentral. Alhasil, tak ada suntikan kebijakan moneter yang diberikan oleh BI menjelang akhir tahun.
Keputusan BI untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan dan rasio GWM sesuai dengan analisis dari kami yang menunjukkan bahwa tak akan ada pelonggaran kebijakan moneter yang diumumkan oleh BI.
Untuk diketahui, di sepanjang tahun ini BI telah memangkas 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps sebanyak empat kali. Jika ditotal, tingkat suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps pada tahun ini oleh BI.
Kalau melihat laju perekonomian, jelas terlihat bahwa saat ini Indonesia sedang membutuhkan stimulus yang bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan atau rasio GWM. Sepanjang kuartal III-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,02% secara tahunan.
Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, sementara pada kuartal II-2019 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 5,04% secara tahunan.
Lantas, laju perekonomian untuk keseluruhan tahun 2019 hampir mustahil untuk tumbuh sesuai dengan outlook yang dipatok pemerintah di level 5,2%. Bahkan, tampaknya pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2019 akan lebih rendah dari capaian tahun 2018 yang mencapai 5,17%.
Kala tingkat suku bunga acuan kembali dipangkas, bank akan terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular