
Analisis
Emas Sedang Cuek, Hati-hati Tren Teknikal Lagi Jelek
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 December 2019 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas masih belum banyak bergerak di perdagangan terakhir pekan ini, meski sejak awal pekan banyak isu yang bisa membuat harga emas mengalami pergerakan besar, entah itu menguat atau melemah.
Di awal perdagangan sesi Eropa Jumat (20/12/2019) pukul 14:23 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.478,67/troy ons, melemah 0,02% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan ini rentang pergerakan emas hanya di kisaran US$ 1.469-1.481/troy ons.
Isu pertama yang seharusnya bisa membuat harga emas bergerak dengan rentang lebar yakni perang dagang AS-China yang sudah memasuki babak baru dengan kesepakatan dagang fase I pada Jumat (13/12/2019) lalu.
Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Kamis kemarin mengatakan kesepakatan dagang fase I akan ditandatangani pada awal Januari, ia menambahkan meski masih beberapa pekan ke depan tetapi sudah tidak ada lagi negosiasi.
Hal senada diungkapkan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow di awal pekan ini yang menyebut kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-China akan memulai negosiasi damai dagang fase II. Meski demikian, kabar bagus tersebut belum sanggup menjungkalkan harga emas.
Beralih ke Inggris, risiko terjadinya hard Brexit yang meningkat seharusnya juga bisa "melecut" harga emas. Setelah Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu), kini Johnson dikabarkan akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill).
CNBC International mengutip media lokal mewartakan PM Johnson akan merevisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Dengan singkatnya masa transisi, pembahasan perjanjian dagang pun harus dipercepat sehingga PM Johnson bakal melakukan pendekatan lebih keras.
Hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa alias hard Brexit yang bisa mengancam perekonomian Inggris. Hal tersebut semestinya membuat daya tarik emas kembali meningkat. Namun nyatanya, harga emas masih bebal.
Terbaru, Presiden AS, Donald Trump resmi dimakzulkan oleh House of Representative (DPR) pada hari Rabu waktu setempat. Meski demikian, proses pemakzulan Trump masih belum selesai.
Pengadilan pemakzulan Trump akan digelar Senat AS, yang akan menentukan apakah Presiden AS ke-45 ini harus keluar dari Gedung Putih atau membebaskannya dari dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres AS atas dirinya. Dua dakwaan tersebut membuat Presiden Trump dimakzulkan di DPR AS.
Berbeda dengan DPR yang dikuasai Partai Demokrat selaku oposisi, Senat AS dikuasai oleh Partai Republik tempat Trump bernaung. Dari 100 kursi Senat, Partai Republik menguasai 53 kursi, dan untuk memakzulkan Trump dibutuhkan setidaknya 67 suara.
Melihat komposisi Senat AS tersebut, kecil kemungkinannya Trump akan lengser dari kursi AS 1. Tetapi tetap saja dinamika yang terjadi membuat gejolak di pasar.
Dengan banyaknya isu tersebut, emas seakan cuek, dan tetap bergerak di situ-situ saja.
Melihat sempitnya rentang pergerakan emas di pekan ini, patut diwaspadai akan adanya pergerakan besar terutama dipicu faktor teknikal. Suatu aset jika terlalu lama bergerak dalam rentang sempit bisa mengalami pergerakan besar jika menembus support atau resistennya.
Di awal perdagangan sesi Eropa Jumat (20/12/2019) pukul 14:23 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.478,67/troy ons, melemah 0,02% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan ini rentang pergerakan emas hanya di kisaran US$ 1.469-1.481/troy ons.
Isu pertama yang seharusnya bisa membuat harga emas bergerak dengan rentang lebar yakni perang dagang AS-China yang sudah memasuki babak baru dengan kesepakatan dagang fase I pada Jumat (13/12/2019) lalu.
Hal senada diungkapkan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow di awal pekan ini yang menyebut kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-China akan memulai negosiasi damai dagang fase II. Meski demikian, kabar bagus tersebut belum sanggup menjungkalkan harga emas.
Beralih ke Inggris, risiko terjadinya hard Brexit yang meningkat seharusnya juga bisa "melecut" harga emas. Setelah Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu), kini Johnson dikabarkan akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill).
CNBC International mengutip media lokal mewartakan PM Johnson akan merevisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Dengan singkatnya masa transisi, pembahasan perjanjian dagang pun harus dipercepat sehingga PM Johnson bakal melakukan pendekatan lebih keras.
Hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa alias hard Brexit yang bisa mengancam perekonomian Inggris. Hal tersebut semestinya membuat daya tarik emas kembali meningkat. Namun nyatanya, harga emas masih bebal.
Terbaru, Presiden AS, Donald Trump resmi dimakzulkan oleh House of Representative (DPR) pada hari Rabu waktu setempat. Meski demikian, proses pemakzulan Trump masih belum selesai.
Pengadilan pemakzulan Trump akan digelar Senat AS, yang akan menentukan apakah Presiden AS ke-45 ini harus keluar dari Gedung Putih atau membebaskannya dari dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres AS atas dirinya. Dua dakwaan tersebut membuat Presiden Trump dimakzulkan di DPR AS.
Berbeda dengan DPR yang dikuasai Partai Demokrat selaku oposisi, Senat AS dikuasai oleh Partai Republik tempat Trump bernaung. Dari 100 kursi Senat, Partai Republik menguasai 53 kursi, dan untuk memakzulkan Trump dibutuhkan setidaknya 67 suara.
Melihat komposisi Senat AS tersebut, kecil kemungkinannya Trump akan lengser dari kursi AS 1. Tetapi tetap saja dinamika yang terjadi membuat gejolak di pasar.
Dengan banyaknya isu tersebut, emas seakan cuek, dan tetap bergerak di situ-situ saja.
Melihat sempitnya rentang pergerakan emas di pekan ini, patut diwaspadai akan adanya pergerakan besar terutama dipicu faktor teknikal. Suatu aset jika terlalu lama bergerak dalam rentang sempit bisa mengalami pergerakan besar jika menembus support atau resistennya.
Next Page
Analisis Teknikal Harga Emas Dunia
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular