
Fundamental Belum Oke, Harga Batu Bara Ogah Gerak
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 December 2019 11:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal pekan, harga batu bara cenderung diam di tempat. Kamis kemarin (19/12/2019), harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup di level US$ 67,4/ton atau naik 0,37% dibanding periode sebelumnya.
Pergerakan harga batu bara pekan ini belum ditopang dengan fundamental yang baik. Pertama, indeks Baltic Capesize mengalami penurunan sebesar 127 poin atau terpangkas 6% ke level 1.976 dan merupakan level terendah dalam 6 bulan.
Capesize merupakan kapal tanker dengan kapasitas mencapai 170.000-180.000 ton yang mengangkut komoditas seperti bijih besi dan batu bara. Indeks Capesize mengukur aktivitas pengiriman batu bara maupun bijih besi menggunakan jalur laut.
Pendapatan rata-rata per hari kapal Capesize juga mengalami penurunan hingga US$ 1.120 menjadi US$ 14.575. melansir Reuters, perdagangan batu bara di kawasan Pasifik akhir-akhir ini tidak terlalu aktif jelang akhir tahun.
Menurut kajian Refinitiv, produksi baja di China diperkirakan menurun. China merupakan negara penghasil baja terbesar di dunia. Pada 2018 saja produksi baja kasar (crude steel) mencapai 1,8 miliar ton atau setara dengan 51,3% dari total produksi dunia.
Dalam pembuatan baja, bahan bakar yang digunakan dalam tanur adalah batu bara. Ketika produksi batu bara China yang notabene terbesar di dunia diramal turun maka permintaan batu bara juga ikut terimbas.
Pelemahan permintaan baja untuk pembangunan infrastruktur dan sektor manufaktur masih di bawah ekspektasi pasar, mengingat belum adanya investasi bernilai besar untuk kedua sektor tersebut.
Pemangkasan produksi yang terjadi di pabrik baja di Hebei untuk mengontrol polusi pekan lalu berpotensi besar menyebabkan perlambatan permintaan batu bara.
Kajian lain yang dilakukan oleh Mirae Asset Sekuritas, menunjukkan bahwa produksi besi Jepang untuk bulan November diperkirakan menurun mengingat secara historis, produksi bulan November lebih rendah dari bulan sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Pergerakan harga batu bara pekan ini belum ditopang dengan fundamental yang baik. Pertama, indeks Baltic Capesize mengalami penurunan sebesar 127 poin atau terpangkas 6% ke level 1.976 dan merupakan level terendah dalam 6 bulan.
Capesize merupakan kapal tanker dengan kapasitas mencapai 170.000-180.000 ton yang mengangkut komoditas seperti bijih besi dan batu bara. Indeks Capesize mengukur aktivitas pengiriman batu bara maupun bijih besi menggunakan jalur laut.
Pendapatan rata-rata per hari kapal Capesize juga mengalami penurunan hingga US$ 1.120 menjadi US$ 14.575. melansir Reuters, perdagangan batu bara di kawasan Pasifik akhir-akhir ini tidak terlalu aktif jelang akhir tahun.
Menurut kajian Refinitiv, produksi baja di China diperkirakan menurun. China merupakan negara penghasil baja terbesar di dunia. Pada 2018 saja produksi baja kasar (crude steel) mencapai 1,8 miliar ton atau setara dengan 51,3% dari total produksi dunia.
Dalam pembuatan baja, bahan bakar yang digunakan dalam tanur adalah batu bara. Ketika produksi batu bara China yang notabene terbesar di dunia diramal turun maka permintaan batu bara juga ikut terimbas.
Pelemahan permintaan baja untuk pembangunan infrastruktur dan sektor manufaktur masih di bawah ekspektasi pasar, mengingat belum adanya investasi bernilai besar untuk kedua sektor tersebut.
Pemangkasan produksi yang terjadi di pabrik baja di Hebei untuk mengontrol polusi pekan lalu berpotensi besar menyebabkan perlambatan permintaan batu bara.
Kajian lain yang dilakukan oleh Mirae Asset Sekuritas, menunjukkan bahwa produksi besi Jepang untuk bulan November diperkirakan menurun mengingat secara historis, produksi bulan November lebih rendah dari bulan sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Most Popular