Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI, IHSG di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 December 2019 12:49
Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI, IHSG di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (19/12/2019), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG melemah 0,2% ke level 6.274,39. Per akhir sesi satu, koreksi indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah bertambah dalam menjadi 0,43% ke level 6.260,44.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,78%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-1,14%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,5%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,45%), dan PT Bank Mega Tbk/MEGA (-5,93%).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang bergerak di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,27%, indeks Shanghai melemah 0,2%, indeks Hang Seng jatuh 0,65%, indeks Straits Times terkoreksi 0,24%, dan indeks Kospi berkurang 0,18%.

Bursa saham Benua Kuning diterpa tekanan jual seiring dengan penantian investor terhadap kejelasan dari kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Seperti yang diketahui, menjelang akhir pekan kemarin AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Namun, ada ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Dikhawatirkan, ketidakjelasan ini pada akhirnya akan membuat kesepakatan dagang tahap satu antara kedua negara justru gagal diteken.

Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China memang belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.

Kemudian, pemakzulan Trump oleh DPR AS juga menjadi faktor yang membuat pelaku pasar saham Asia memasang posisi defensif. Pada hari ini waktu Indonesia (19/12/2019) atau kemarin malam waktu setempat (18/12/2019), mayoritas anggota DPR AS memberikan persetujuan untuk mencopot Trump dari posisinya sebagai orang nomor satu di AS.

Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.

Kedua, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.

Kini, nasib Trump berada di tangan Senat yang terdiri dari 100 anggota. Melansir CNBC International, dibutuhkan 67 suara untuk secara resmi melengserkan Trump dari posisinya.

Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dimulai sejak kemarin. Hasil dari RDG tersebut akan diumumkan pada siang hari ini.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan 7-Day Reverse Repo Rate akan ditahan di level 5% oleh bank sentral. Dari sebanyak 11 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya memperkirakan BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan.


Untuk diketahui, di sepanjang tahun ini BI telah memangkas 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps sebanyak empat kali. Jika ditotal, tingkat suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps pada tahun ini oleh BI.

Ekspektasi bahwa BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan dan bukan kembali memangkasnya datang pasca The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada pekan lalu. Keputusan ini sesuai dengan estimasi dari para ekonom bahwa federal funds rate akan dipertahankan di rentang 1,5%-1,75%.

Di sepanjang tahun 2019, The Fed telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.

Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.

Dalam konferensi persnya pada pekan lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell kembali mengindikasikan bahwa era pelonggaran tingkat suku bunga acuan sudah usai. Sikap dari Powell tersebut lantas mengonfirmasi stance dari bank sentral AS yang sudah tak lagi dovish.

Dalam pernyataan resminya pasca memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan Oktober atau kali terakhir The Fed mengeksekusi pelonggaran, The Fed menghilangkan suatu pernyataan yang sudah mereka gunakan sejak bulan Juni yakni pernyataan bahwa pihaknya berkomitmen untuk “bertindak sebagaimana diperlukan guna mempertahankan ekspansi (ekonomi)”.

The Fed kemudian mengganti pernyataan tersebut dengan pernyataan yang lebih defensif.

“Komite akan terus memonitor implikasi dari informasi-informasi di masa depan terhadap prospek perekonomian sembari melakukan penilaian terkait dengan besaran yang tepat mengenai rentang dari federal funds rate,” tulis The Fed dalam pernyataan resminya.

Dari dalam negeri, masalah klasik yang menjadi tantangan bagi BI jika ingin mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan datang dari permasalahan defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD).

Sebagai informasi, transaksi berjalan merupakan faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indonesia/NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Kala CAD begitu dalam, rupiah akan tertekan sehingga membatasi ruang bagi BI untuk memangkas tingkat suku bunga acuan. Sebaliknya, kala CAD membaik, rupiah akan cenderung menguat sehingga membuka ruang bagi bank sentral untuk mengeksekusi pelonggaran kebijakan moneter.


Pada kuartal I-2019, BI mencatat CAD berada di level 2,51% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih dalam ketimbang CAD pada kuartal I-2018 yang berada di level 1,94% dari PDB. Kemudian pada kuartal II-2019, CAD membengkak menjadi 2,93% dari PDB. Pada kuartal III-2019, CAD membaik menjadi 2,66% dari PDB. CAD pada kuartal III-2019 juga lebih baik dari yang sebelumnya 3,22% pada kuartal III-2018.

Kini, justru ada kekhawatiran bahwa CAD di kuartal IV-2019 akan membengkak.

Pada pekan ini, BPS merilis data perdagangan internasional periode November 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa nilai ekspor mencapai US$ 14,01 miliar, turun 5,67% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Sementara itu, nilai impor sepanjang November 2019 tercatat senilai US$ 15,34 miliar, turun 9,24% jika dibandingkan nilai pada November 2018.

Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 1,33 miliar sepanjang bulan lalu. Defisit tersebut jauh lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan defisit senilai US$ 132 juta. Defisit pada bulan lalu juga merupakan defisit terbesar kedua pada tahun 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Yakin Trump Tak Akan Lengser, IHSG Dibuka Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular