
Garang Lagi di Menit-Menit Terakhir, Rupiah Juara Asia!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 December 2019 17:55

Sementara itu dari dalam negeri, Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (19/12/2019) besok, tentunya hal tersebut membuat pelaku pasar melakukan aksi wait and see yang membatasi pergerakan rupiah.
Suku bunga acuan akan diumumkan esok hari, di mana konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%. Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, mengatakan memang ada godaan bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Misalnya, inflasi domestik yang relatif rendah.
"Bagi BI, godaan untuk menurunkan suku bunga acuan juga bisa datang dari keinginan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi ada perkembangan positif, di mana terjadi deeskalasi perang dagang AS-China," sebut Satria dalam risetnya.
Bahana Sekuritas memperkirakan BI akan menunggu sampai dampak dari penurunan suku bunga acuan dan Giro Wajib Minimum (GWM) benar-benar terasa di perekonomian sebelum kembali mengeksekusi penurunan suku bunga acuan tahun depan.
Sementara itu, Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, menilai posisi (stance) kebijakan bank sentral sudah bergeser. Sejak tahun lalu sampai semester I-2019, kebijakan moneter memang cenderung ketat.
"Namun mulai semester II-2019 sudah menuju ke akomodatif. Ini yang membuat stimulus BI sudah full, tinggal harapannya disambut oleh sektor riil dan perbankan," kata Dody kala berbincang dengan awak Detik Network di Gedung Transmedia, Jakarta, belum lama ini.
Apakah dengan begitu masih ada ruang untuk pelonggaran lebih lanjut? "Masih ada room," ungkap Dody.
Namun, eksekusi pelonggaran moneter akan sangat tergantung kepada data (data dependent). Menurut Dody, BI sudah beralih dari forward guidance ke data dependent dalam sekitar dua bulan terakhir, mengingat perkembangan perekonomian global dan domestik yang begitu dinamis.
"Room ada tetapi data dependent. Sejak dua RDG (Rapat Dewan Gubernur) terakhir, tergantung perkembangan," sebutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Suku bunga acuan akan diumumkan esok hari, di mana konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%. Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, mengatakan memang ada godaan bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Misalnya, inflasi domestik yang relatif rendah.
"Bagi BI, godaan untuk menurunkan suku bunga acuan juga bisa datang dari keinginan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi ada perkembangan positif, di mana terjadi deeskalasi perang dagang AS-China," sebut Satria dalam risetnya.
Sementara itu, Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, menilai posisi (stance) kebijakan bank sentral sudah bergeser. Sejak tahun lalu sampai semester I-2019, kebijakan moneter memang cenderung ketat.
"Namun mulai semester II-2019 sudah menuju ke akomodatif. Ini yang membuat stimulus BI sudah full, tinggal harapannya disambut oleh sektor riil dan perbankan," kata Dody kala berbincang dengan awak Detik Network di Gedung Transmedia, Jakarta, belum lama ini.
Apakah dengan begitu masih ada ruang untuk pelonggaran lebih lanjut? "Masih ada room," ungkap Dody.
Namun, eksekusi pelonggaran moneter akan sangat tergantung kepada data (data dependent). Menurut Dody, BI sudah beralih dari forward guidance ke data dependent dalam sekitar dua bulan terakhir, mengingat perkembangan perekonomian global dan domestik yang begitu dinamis.
"Room ada tetapi data dependent. Sejak dua RDG (Rapat Dewan Gubernur) terakhir, tergantung perkembangan," sebutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular