Duh..! Rupiah Kembali Sentuh Rp 14.000 per Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 December 2019 13:13
Duh..! Rupiah Kembali Sentuh Rp 14.000 per Dolar AS
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (16/12/2019) hingga menyentuh level psikologis Rp 14.000/US$.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah melemah 0,07% ke Rp 13.990/US$. Pelemahan rupiah kian memburuk menjelang tengah hari hingga mencapai level psikologis tersebut. Kabar baik dari AS-China belum mampu mendongkrak penguatan rupiah lebih lanjut, setelah pada pekan lalu mencatat penguatan 0,4%.



Pada Jumat malam waktu setempat, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan kesepakatan fase pertama antara AS-China melalui akun Twitternya.

"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.

Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan bea masuk importasi produk dari China yang seharusnya berlaku pada 15 Desember resmi dibatalkan.

"Rencana pengenaan bea masuk baru pada 15 Desember tidak akan terjadi karena pada kenyataannya kami sudah membuat kesepakatan. Kami akan memulai negosiasi untuk fase II sesegera mungkin, tidak menunggu setelah Pemilu 2020. Ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi kita semua. Terima kasih!" cuit Trump dalam utas di Twitter.

Meski demikian, pelaku pasar masih kurang sreg dengan kesepakatan dagang fase satu. Sebabnya, kesepakatan tersebut belum ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang artinya belum akan berlaku. Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kedua negara akan memformalkan kesepakatan tersebut pekan pertama Januari 2020.



Dalam kesepakatan dagang fase satu, Lighthizer menyebutkan China berkomitmen membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu 2 tahun ke depan. Negeri Tiongkok juga akan membeli produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar. Selain itu, China juga akan membeli produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut.

Masih ada beberapa pekan sebelum kesepakatan fase satu ditandatangani, pelaku pasar lebih memilih berhati-hati dan tidak mau berekspektasi berlebihan. Dampaknya, rupiah mengalami koreksi.

Pelemahan rupiah kian dalam setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca dagang RI pada November. Ekspor dilaporkan turun 5,67% year-on-year (YoY) ke US$ 14,01 miliar. Impor mencapai US$ 15,34 miliar atau turun 9,24% YoY. Dampaknya, neraca dagang November menjadi defisit US$ 1,33 miliar, setelah surplus Oktober US$ 170 juta.

Defisit tersebut lebih besar dari konsensus pasar yang dikumpulkan CNBC Indonesia. Berdasarkan konsensus tersebut, ekspor diprediksi terkontraksi atau tumbuh negatif 2,05% YoY. Kemudian impor juga mengalami kontraksi 13,41% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 132 juta.

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: investing.com

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan. 

Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik tetapi belum masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Level psikologis Rp 14.000/US$ menjadi kunci pergerakan rupiah hari ini. Jika bergerak konsisten di atas level tersebut, rupiah berpeluang melemah menuju Rp 14.020/US$. Sementara jika tertahan di bawah Rp 14.000/US$, rupiah bisa memangkas pelemahan ke Rp 13.980/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA



(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular