
PGAS Akan Rombak Pimpinan, Begini Potensi Arah Harga Sahamnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergantian direksi di tubuh perusahaan pelat merah kembali terjadi, kali PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN/PGAS) yang digadang-gadang akan dipimpin mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Isu pergantian pucuk pimpinan tersebut sedang jadi perhatian investor yang menjadi pemegang saham.
Pekan lalu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah sempat menyebut clue para pejabat baru di PGN. Salah satu nama yang disebut-sebut adalah mantan wakil menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar.
"(Archandra) masuk bursa ya masuk, belum tahu direksi atau komisaris," kata Arya di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Pergantian tersebut pucuk pimpinan akan terjadi pada bulan depan pada 21 Januari 2020 saat digelarnya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Salah satu agenda RUPSLB tersebut adalah pergantian direksi dan komisaris PGN.
Data bursa hingga penutupan perdagangan sesi I mencatat, saham PGAS mengalami kenaikan 10 poin (0,47%) pada harga Rp 2.140/unit sahamnya, nilai transaksi mencapai 11,16 juta unit senilai Rp 24 miliar.
Secara teknikal, tren saham PGAS masih cenderung naik seiring posisi harganya yang bergerak di atas rata-rata harganya dalam 5 dan 20 terakhir (moving average/MA5/MA20).
Secara momentum harganya masih berpotensi naik belum memasuki wilayah jenuh belinya (overbought), menurut indikator yang mengukur tingkat kejenuhan pergerakan secara grafik yakni Relative Strength Index (RSI) yang dicitrakan garis berwarna biru.
Ada potensi harganya akan kembali menembus level resistance (tolakan harga atas) di harga Rp 2.200/sahamnya dalam satu hingga dua pekan mendatang. Sedangkan level support (penahan harga turun) berpotensi masih cukup kuat di Rp 2.100/saham.
![]() |
Harga saham PGAS pada Kamis (31/10/2019) sempat amblas karena Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membatalkan rencana kenaikan harga jual gas dengan alasan agar industri dalam negeri semakin kompetitif.
"Tidak jadi," ujar Arifin Tasrif selaku Menteri ESDM seusai rapat terbatas di Istana Negara, Kamis (31/10/2019). Menurutnya, penetapan gas untuk industri tersebut tak perlu sampai ke Presiden. " Tidak sampai presiden di tingkat ESDM saja karena kita ingin industri kita kompetitif," jelasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Karena itu harga sahamnya hanya dalam dua hari (31 Okt'19-1 Nov'19) amblas 590 poin atau 24,18% sejak penutupan hari Rabu (30/10) di harga Rp 2.440. Pada periode penurunan tersebut investor asing membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 1,36 triliun.
Namun pada hari berikutnya Senin (4/11/2019), investor kembali membukukan net buy karena harga saham PGAS dianggap cukup rendah dan berada di bawah nilai wajar saham yang diperkirakan sehingga harganya kembali naik sebanyak 130 poin (7,02%) pada Rp 1.980/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Harga Gas Disoal Jokowi, Begini Arah Pergerakan Saham PGN