Neraca Dagang RI Jebol di November, IHSG Masih Bisa Kuat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 December 2019 11:35
Hingga berita ini diturunkan, apresiasi IHSG telah mencapai 0,56% ke level 6.231,95.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka flat di level 6.197,31 pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (16/12/2019).

Selepas itu, IHSG dengan nyaman melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, apresiasi IHSG telah mencapai 0,56% ke level 6.231,95.

IHSG bisa terus memperlebar apresiasinya kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,04%, indeks Hang Seng melemah 0,37%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,01%.

Bursa saham Benua Kuning melemah kala ada perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang AS-China. Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Pembatalan eksekusi bea masuk tambahan tersebut menjadi elemen krusial dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi global di level yang relatif tinggi. Pasalnya, bea masuk tersebut, jika jadi dieksekusi, akan mengincar produk-produk konsumer yang diimpor oleh AS dari China seperti mainan, ponsel, hingga pakaian.

Pengenaan bea masuk tambahan akan membuat harga produk-produk konsumer tersebut lebih mahal sehingga berpotensi menekan permintaan. Padahal, AS tengah memasuki musim liburan di mana momen tersebut biasanya menghasilkan permintaan yang tinggi atas produk-produk konsumer.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk bagi senilai US$ 120 miliar produk impor asal China yang sebesar 15% nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.

Adanya ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China tampak menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memilih memasang posisi defensif. Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut jumlahnya.

Sentimen positif dari dalam negeri sukses mengerek kinerja IHSG. Hingga berita ini diturunkan, Badan Pusat Statistik (BPS) masih mengadakan konferensi pers terkait dengan rilis data perdagangan internasional periode November 2019.

Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa nilai ekspor mencapai US$ 14,01 miliar, turun 5,67% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi tersebut lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkontraksi atau tumbuh negatif 2,05% secara tahunan.

Sementara itu, nilai impor sepanjang November 2019 tercatat senilai US$ 15,34 miliar, turun 9,24% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi pada impor lebih tipis jika dibandingkan dengan konsensus yang memproyeksikan kontraksi hingga 13,41% secara tahunan.

Pelaku pasar tampak lega melihat fakta bahwa impor Indonesia tidak terkontraksi hingga dua digit seperti yang diperkirakan para ekonom. Hal ini lantas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di tanah air masih relatif bergeliat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular