Newslettter

Move One dari AS-China, Mata Tertuju pada Data Ekonomi Dunia

Irvin Avriano Arief & sef, CNBC Indonesia
16 December 2019 06:21
Pergerakan Wall Street dan Pasar Keuangan Dunia
Foto: REUTERS/Thomas Peter/File Photo

Kemarin, berita baik muncul di akhir pekan dan dapat menjadi bekal bagi perdagangan pagi ini di seluruh dunia. Setelah diinformasikan bahwa dialog antara delegasi Amerika Serikat (AS)-China semakin konstruktif pada Kamis, Presiden AS Donald Trump melalui akun twit pribadinya mengatakan pokok bahasan nota kesepakatan fase pertama sudah disepakati kedua negara.

Karena itu, lanjutnya, penaikan tarif impor tambahan senilai US$ 160 miliar yang dijadwalkan berlaku pada barang-barang China pada 15 Desember akan dibatalkan.

"Mereka setuju terhadap banyak perubahan struktural dan pembelian produk pertanian, produk energi dan manufaktur yang masif, serta masih banyak lagi," ujarnya. Dia melanjutkan bahwa tarif impor 25% yang sudah berlaku akan tetap berlaku, tetapi tarif penalti yang dijadwalkan berlaku pada 15 Desember tidak akan diberlakukan karena kesepakatan sudah terjadi.

[Gambas:Twitter]



Berita ini pun sempat membawa Wall Street heboh dan menghijau begitu informasi merebak, meskipun akhirnya mereda hingga sempat terkoreksi. Indeks itu pun menguat tipis hingga penutupan pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Avg dan S&P 500 sama-sama merangkak naik dengan kenaikan 0,01%. Dow Jones naik hingga 28.135, sedangkan S&P 500 naik ke 3.168. Hasilnya, penguatan itu membuat Indeks Dow Jones naik 0,43% selama sepekan dari posisi pekan lalu 28.015 dan Indeks S&P 500 naik 0,74% dari 3.145.





Pada kesempatan lain, Reuters melaporkan bahwa Beijing setuju menambah pembelian hasil pertanian AS senilai US$ 32 miliar dalam 2 tahun ke depan, berdasarkan keterangan Robert Emmet Lighthizer, wali dagang pemerintahan AS.

Menurut dia, China setuju membeli produk pertanian Negeri Paman Sam senilai US$ 16 miliar per tahun untuk 2 tahun ke depan. Angka itu dihitung dari hitungan dasar US$ 24 miliar barang-barang yang sudah dibeli China pada 2017, sebelum perang dagang mengemuka. Selain itu, penandatanganan kesepakatan diprediksi akan dilakukan pada pekan pertama tahun depan oleh negosiator utama.

Menanggapi perkembangan tersebut, pejabat China yaitu Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen dan Komisi Nasional Reformasi dan Pengembangan Ning Jizhe mengiyakan akan mengimpor lebih banyak gandum, jagung, dan beras dari AS setelah kesepakatan. Namun, detailnya belum dijelaskan dan baru akan diumumkan segera mengingat dokumen perjanjian masih dalam kajian kedua pihak.

Selama ini, Negeri Tirai Bambu bukanlah pembeli utama ketiga produk pertanian AS tersebut. China masih menjadi pembeli terbesar kelima untuk jagung AS pada medio 2011-2014, tetapi sejak itu sudah tidak lagi.

Keengganan menyebutkan detail oleh pejabat itulah yang sempat membuat pasar gamang. Namun, seberapapun belum jelasnya negosiasi itu, mari fokus pada yang pasti-pasti dulu yakni kemampuan sisa-sisa sentimen positif damai dagang yang masih dapat mengguyur pasar keuangan global pagi ini. (irv)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular