Besok Mau Trading? Simak Dulu Sentimen Pasar Saham Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 December 2019 11:54
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan lalu berhasil keluar dari tekanan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan lalu berhasil keluar dari tekanan. IHSG ditutup menguat 0,94% ke level 6.197,31 poin. Transaksi harian BEI pada Jumat lalu (13/12/2019) tercatat sebesar Rp 8,38 triliun dengan frekuensi sebanyak 503,533 transaksi.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee memaparkan banyak katalis yang akan mewarnai perdagangan pekan depan, di antaranya adalah kesepakatan perdagangan fase pertama Amerika Serikat (AS) dengan China hingga harapan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dapat terselesaikan.


Perkembangan terbaru terkait negosiasi dagang, Washington dan Beijing telah menyepakati syarat-syarat dari perjanjian perdagangan fase pertama yang mengurangi beberapa tarif AS untuk barang-barang China, dan sebaliknya China meningkatkan pembelian barang-barang pertanian, energi, dan produk AS lainnya.

Reutes memberitakan, pernyataan sepakat dagang itu dikemukakan diplomat utama pemerintah China, Wang Yi saat berkunjung ke Slovenia pada Sabtu (14/12/2019).

Menurut Wang, perjanjian fase pertama itu akan membantu menopang kepercayaan terhadap ekonomi dunia.

"China tidak pernah percaya bahwa menggunakan [cara-cara] kenaikan tarif adalah cara yang benar karena tidak ada pemenang dalam perang dagang," katanya, seraya menambahkan negaranya juga menentang proteksionisme.

Presiden AS, Donald Trump sebelumnya mencuit di Twitter bahwa Gedung Putih semakin dekat untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan China fase pertama.

Dengan kesepakatan ini, AS dapat menunda kenaikan tariff bea impor produk China yang menurut jadwal mulai akan efektif pada Minggu, 15 Desember 2019. Pengenaan tariff impor baru itu senilai US$ 160 miliar di antaranya termasuk barang-barang konsumen seperti smartphone dan mainan.


Saat ini Amerika telah memberlakukan tariff bea impor sebesar 25% atau sekitar US$ 250 miliar terhadap produk impor China.

Beralih dari sana, Hans mencermati, keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran target 1,50% hingga 1,75% mengindikasikan kemungkinan tidak akan melakukan kenaikan suku bunga pada 2020.

"Keputusan ini penting karena menghilangkan kekhawatiran pasar keuangan di mana bank sentral mungkin akan mengulangi kesalahan tahun lalu dengan melakukan pengetatan kebijakan moneter secara prematur sehingga memukul pasar keuangan," kata Hans Kwee, dalam risetnya yang diperoleh CNBC Indonesia, Minggu (15/12/2019).

Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral harus melihat kenaikan inflasi yang persisten dan signifikan sebelum menaikkan lagi suku bunga.

Tak hanya itu, dari Eropa muncul harapan tinggi untuk penyelesaian Brexit setelah PM Boris Johnson menang pemilu di Inggris. Kemenangan Boris Johnson diharapkan mengakhiri ketidakpastian rencana Inggris keluar dari Uni Eropa yang telah terjadi dalam 3,5 tahun terakhir.

Dari semua katalis tersebut, Hans menilai, IHSG masih berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 6.139 sampai 6.095 dan resistance di level 6.210 sampai 6.250 pada perdagangan pekan depan.


Meramal IHSG akhir tahun

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular