
Most Read
Royke Tumilaar Bos Baru Mandiri & Mimpi Caplok Bank Asing
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
14 December 2019 10:48

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) resmi punya bos baru. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pada Senin (9/12/2019) dengan agenda perombakan direksi dan komisaris perusahaan.
Royke Tumilaar resmi disahkan sebagai Dirut Bank Mandiri di mana Royke sebelumnya menjabat Direktur Corporate Banking Bank Mandiri. RUPSLB juga mengangkat Kartiko Wirjoatmodjo (Wakil Menteri BUMN) sebagai Komisaris Utama Bank Mandiri.
Pasar sempat memberikan respon positif atas terpilihnya Royke sebagai Dirut Bank mandiri. Perdagangan Senin (9/12/2019), Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), asing melakukan beli bersih saham Bank Mandiri senilai Rp 1,77 miliar. Ini membuat harga saham BMRI naik 1,05% ke level Rp 7.250/saham.
Mengacu data profil direksi di Bank Mandiri, Royke yang lahir tahun 1964 ini meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Manajemen dari Universitas Trisakti pada tahun 1987, dan gelar Master of Business Finance dari University of Technology Sydney pada tahun 1999.
Bergabung dengan Bank Mandiri pada tahun 1999 melalui Bank Dagang Negara (BDN), yang merupakan warisan Bank Mandiri, di mana jabatan terakhirnya adalah Senior Professional di Tim Penyelesaian Kredit di Jakarta.
Pada tahun 2007, dia promosi menjadi Group Head Regional Commercial Sales I sampai dengan Mei 2010, dan pada bulan Agustus 2009 merangkap sebagai Komisaris Mandiri Sekuritas. Pada bulan Mei 2010, dia menjadi Group Head of Commercial Sales Jakarta sampai dengan Mei 2011.
Pada bulan Mei 2011, dia diangkat menjadi Managing Director Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management. Saat ini beliau tidak memegang jabatan direktur di perusahaan publik lain.
Selanjutnya, di bawah pimpinan Royke Tumilar, Bank Mandiri telah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya adalah mengincar perbankan di Vietnam dan Malaysia untuk melakukan aksi merger dan akuisisi (M&A). Ini dilakukan guna memperbesar penetrasi bisnis perusahaan di sektor retail banking di regional Asia.
Di Filipina, Bank Mandiri akan membidik rencana akuisisi, sementara Vietnam dan Malaysia akan didirikan bisnis baru. Besarnya potensi sektor ritel ini mengingat tidak banyak perbankan masuk ke ceruk bisnis tersebut.
Tak hanya itu, Bank BUMN ini juga menyatakan bakal lebih meningkatkan pendapatan berbasis non bunga atau fee based income. Hal ini dilakukan perseroan menghadapi ketidakpastian global dan tren perlambatan penyaluran kredit.
Hal ini juga terindikasi dari target penyaluran kredit perseroan sepanjang tahun 2020 yang cenderung konservatif tumbuh di level 10%. Angka ini, lebih rendah dari proyeksi yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan di kisaran 13% pada tahun 2020. Sementara itu, tahun ini Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit hanya di angka 8%.
"Targetnya mencoba untuk mendekati 10%. kan kita lihat ekonomi, saya juga tahu diri, mungkin kita di 9-10%, sudah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya 14-16%," kata Roykee Tumilaar.
Roykee menilai, transaksi yang berbasis non bunga bakal jadi andalan perseroan dalam beberapa tahun ke depan, hal ini juga didukung banyaknya anak usaha Bank Mandiri dan bisa saling disinergikan. Apalagi, Royke juga bakal memperkuat kolaborasi antara bisnis wholesale banking dan retail banking.
"Kita shifting mulai ke transaksi fee based, created dengan ekosistem kita yang banyak anak perusahaan dan banyak grup yang saling mendukung, saya jadi coba bawa kolaborasi ini lebih kuat lagi," ungkapnya.
Selain fokus pada kolaborasi ritel dan wholesale, perseroan juga akan fokus pada pengembangan digital di tahun 2020.
Direktur Treasury, International Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan bakal menaikkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar 30% bila dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 2,4 triliun.
"Secara tahunan kita punya budget cukup besar tapi khusus digitalisasi. Capex kita pertumbuhan tahunannya 30%, di dalamnya banyak proses pengembangan digital banking," kata Darmawan.
Dengan adanya kemudahan layanan digital, diharapkan akan memberikan keuntungan bagi bank dengan kode saham BMRI ini untuk menekan biaya operasional. pengembangan digital juga tak menutup kemungkinan secara perlahan akan memperkecil peran kantor cabang dan membuat perbankan semakin efisien.
"Kita nggak bisa lepas [dari digital banking], kalau enggak lakukan transformasi bank kita pelan-pelan akan hilang ke depan," kata Royke Tumilaar.
(roy/roy) Next Article Jadi Dirut, Begini Gaya Royke Tumilaar di RUPSLB Bank Mandiri
Royke Tumilaar resmi disahkan sebagai Dirut Bank Mandiri di mana Royke sebelumnya menjabat Direktur Corporate Banking Bank Mandiri. RUPSLB juga mengangkat Kartiko Wirjoatmodjo (Wakil Menteri BUMN) sebagai Komisaris Utama Bank Mandiri.
Pasar sempat memberikan respon positif atas terpilihnya Royke sebagai Dirut Bank mandiri. Perdagangan Senin (9/12/2019), Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), asing melakukan beli bersih saham Bank Mandiri senilai Rp 1,77 miliar. Ini membuat harga saham BMRI naik 1,05% ke level Rp 7.250/saham.
Bergabung dengan Bank Mandiri pada tahun 1999 melalui Bank Dagang Negara (BDN), yang merupakan warisan Bank Mandiri, di mana jabatan terakhirnya adalah Senior Professional di Tim Penyelesaian Kredit di Jakarta.
Pada tahun 2007, dia promosi menjadi Group Head Regional Commercial Sales I sampai dengan Mei 2010, dan pada bulan Agustus 2009 merangkap sebagai Komisaris Mandiri Sekuritas. Pada bulan Mei 2010, dia menjadi Group Head of Commercial Sales Jakarta sampai dengan Mei 2011.
Pada bulan Mei 2011, dia diangkat menjadi Managing Director Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management. Saat ini beliau tidak memegang jabatan direktur di perusahaan publik lain.
Selanjutnya, di bawah pimpinan Royke Tumilar, Bank Mandiri telah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya adalah mengincar perbankan di Vietnam dan Malaysia untuk melakukan aksi merger dan akuisisi (M&A). Ini dilakukan guna memperbesar penetrasi bisnis perusahaan di sektor retail banking di regional Asia.
Di Filipina, Bank Mandiri akan membidik rencana akuisisi, sementara Vietnam dan Malaysia akan didirikan bisnis baru. Besarnya potensi sektor ritel ini mengingat tidak banyak perbankan masuk ke ceruk bisnis tersebut.
Tak hanya itu, Bank BUMN ini juga menyatakan bakal lebih meningkatkan pendapatan berbasis non bunga atau fee based income. Hal ini dilakukan perseroan menghadapi ketidakpastian global dan tren perlambatan penyaluran kredit.
Hal ini juga terindikasi dari target penyaluran kredit perseroan sepanjang tahun 2020 yang cenderung konservatif tumbuh di level 10%. Angka ini, lebih rendah dari proyeksi yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan di kisaran 13% pada tahun 2020. Sementara itu, tahun ini Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit hanya di angka 8%.
"Targetnya mencoba untuk mendekati 10%. kan kita lihat ekonomi, saya juga tahu diri, mungkin kita di 9-10%, sudah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya 14-16%," kata Roykee Tumilaar.
Roykee menilai, transaksi yang berbasis non bunga bakal jadi andalan perseroan dalam beberapa tahun ke depan, hal ini juga didukung banyaknya anak usaha Bank Mandiri dan bisa saling disinergikan. Apalagi, Royke juga bakal memperkuat kolaborasi antara bisnis wholesale banking dan retail banking.
"Kita shifting mulai ke transaksi fee based, created dengan ekosistem kita yang banyak anak perusahaan dan banyak grup yang saling mendukung, saya jadi coba bawa kolaborasi ini lebih kuat lagi," ungkapnya.
Selain fokus pada kolaborasi ritel dan wholesale, perseroan juga akan fokus pada pengembangan digital di tahun 2020.
Direktur Treasury, International Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan bakal menaikkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar 30% bila dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 2,4 triliun.
"Secara tahunan kita punya budget cukup besar tapi khusus digitalisasi. Capex kita pertumbuhan tahunannya 30%, di dalamnya banyak proses pengembangan digital banking," kata Darmawan.
Dengan adanya kemudahan layanan digital, diharapkan akan memberikan keuntungan bagi bank dengan kode saham BMRI ini untuk menekan biaya operasional. pengembangan digital juga tak menutup kemungkinan secara perlahan akan memperkecil peran kantor cabang dan membuat perbankan semakin efisien.
"Kita nggak bisa lepas [dari digital banking], kalau enggak lakukan transformasi bank kita pelan-pelan akan hilang ke depan," kata Royke Tumilaar.
(roy/roy) Next Article Jadi Dirut, Begini Gaya Royke Tumilaar di RUPSLB Bank Mandiri
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular