
Analisis
Double Mood Booster! Rupiah Perkasa di Bawah Rp 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 December 2019 13:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (13/12/2019) hingga menembus ke bawah Rp 14.000/US$
Rupiah langsung melesat ke Rp 13.975/US$ begitu perdagangan dibuka, menguat 0,32%. Rupiah kemudian semakin menebalkan penguatan hingga 0,5% ke Rp 13.950/US$.
Namun menjelang tengah hari penguatan kembali menipis hingga 0,25% menyentuh Rp 13.985/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Maklum, penguatan tajam dalam waktu singkat tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking).
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya membuat rupiah perkasa. Kesepakatan dagang AS dengan China, serta hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Inggris menjadi double mood booster bagi para investor.
CNBC International melaporkan secara prinsip AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang fase satu, dan sedang menunggu persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.
Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.
Dengan kesepakatan dagang dua raksasa ekonomi dunia ini, pertumbuhan ekonomi global ke depannya diharapkan bisa bangkit kembali.
Sementara itu dari Pemilu Inggris, hasil exit poll yang dirilis pagi tadi menunjukkan Partai Konservatif atau yang sering disebut Tory meraih kursi mayoritas parlemen dengan jumlah yang besar.
CNBC International mengutip hasil exit poll dari Ipos Mori melaporkan Tory berhasil meraih 368 kursi Parlemen Inggris. Sementara pesaing terberatnya Partai Buruh meraih 191 kursi.
Ini berarti perolehan kursi Partai Konservatif meningkat signifikan yakni 51 kursi jika dibandingkan dengan Pemilu 2017 lalu saat terjadi hung parliament atau tidak ada partai yang meraih kursi mayoritas di parlemen. Sementara jumlah Partai Buruh justru mengalami penurunan sebanyak 71 kursi dibandingkan yang didapat pada tahun 2019.
Partai harus memiliki setidaknya 320 kursi di parlemen untuk menjadi mayoritas, dan bisa meloloskan undang-undang.
Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Dengan kemenangan ini, Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintah Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kurs mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.
Satu lagi ketidakpastian di pasar bisa dieliminasi, sehingga sentimen pelaku pasar semakin membaik. ketika sentimen pelaku pasar membaik maka aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi seperti rupiah akan lebih menarik.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).
Rupiah saat ini kembali bergerak di dekat Rp 13.980/US$. Jika mampu bergerak konsisten di bawah level tersebut, rupiah berpeluang menambah lagi penguatannya menuju Rp 13.955/US$. Sementara jika tertahan di atas Rp 13.980/US$, rupiah berisiko mengurangi penguatan menuju level psikologis Rp 14.000/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah langsung melesat ke Rp 13.975/US$ begitu perdagangan dibuka, menguat 0,32%. Rupiah kemudian semakin menebalkan penguatan hingga 0,5% ke Rp 13.950/US$.
Namun menjelang tengah hari penguatan kembali menipis hingga 0,25% menyentuh Rp 13.985/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Maklum, penguatan tajam dalam waktu singkat tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking).
CNBC International melaporkan secara prinsip AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang fase satu, dan sedang menunggu persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.
Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.
Dengan kesepakatan dagang dua raksasa ekonomi dunia ini, pertumbuhan ekonomi global ke depannya diharapkan bisa bangkit kembali.
Sementara itu dari Pemilu Inggris, hasil exit poll yang dirilis pagi tadi menunjukkan Partai Konservatif atau yang sering disebut Tory meraih kursi mayoritas parlemen dengan jumlah yang besar.
CNBC International mengutip hasil exit poll dari Ipos Mori melaporkan Tory berhasil meraih 368 kursi Parlemen Inggris. Sementara pesaing terberatnya Partai Buruh meraih 191 kursi.
Ini berarti perolehan kursi Partai Konservatif meningkat signifikan yakni 51 kursi jika dibandingkan dengan Pemilu 2017 lalu saat terjadi hung parliament atau tidak ada partai yang meraih kursi mayoritas di parlemen. Sementara jumlah Partai Buruh justru mengalami penurunan sebanyak 71 kursi dibandingkan yang didapat pada tahun 2019.
Partai harus memiliki setidaknya 320 kursi di parlemen untuk menjadi mayoritas, dan bisa meloloskan undang-undang.
Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Dengan kemenangan ini, Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintah Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kurs mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.
Satu lagi ketidakpastian di pasar bisa dieliminasi, sehingga sentimen pelaku pasar semakin membaik. ketika sentimen pelaku pasar membaik maka aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi seperti rupiah akan lebih menarik.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di bawah MA20/rerata pergerakan 20 hari (garis merah).
![]() Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian Sumber: investing.com |
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun, dengan histogram yang di wilayah negatif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah mulai mengumpulkan momentum penguatan.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).
Rupiah saat ini kembali bergerak di dekat Rp 13.980/US$. Jika mampu bergerak konsisten di bawah level tersebut, rupiah berpeluang menambah lagi penguatannya menuju Rp 13.955/US$. Sementara jika tertahan di atas Rp 13.980/US$, rupiah berisiko mengurangi penguatan menuju level psikologis Rp 14.000/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular