
Kurs Dolar Australia Melesat Sesaat, Sebelum Berbalik Turun
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 December 2019 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat ke level tertinggi empat bulan melawan rupiah di awal perdagangan Jumat (13/12/2019). Tetapi penguatan hanya sesaat, seiring berjalannya waktu, dolar Australia malah balik melemah.
Pada pukul 10:55 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.677,69, dolar Australia melemah 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan mata uang Negeri Kanguru melesat 0,26% ke level Rp 9.710,16, yang merupakan level tertinggi sejak 14 Agustus.
Pelemahan di pasar spot berdampak pada kurs jual beli dolar Australia di dalam negeri, berikut data yang diambil dari situs resmi beberapa bank di Tanah Air pada pukul 11:10 WIB.
Dolar Australia melesat naik setelah Amerika Serikat (AS) dikabarkan mencapai kesepakatan dagang fase satu dengan China. Hal ini tentunya menjadi kabar bagus perekonomian China bisa bangkit kembali yang bisa mengerek naik perekonomian Australia.
Maklum saja, China merupakan mitra dagang utama Australia, ketika perekonomian Negeri Tiongkok bangkit maka permintaan importasi dari Negeri Kanguru akan meningkat.
Meski demikian, kenaikan dolar Australia hanya berlangsung sesaat, rupiah juga mendapat rejeki dari kesepakatan dagang AS-China. Ketika kesepakatan dagang tercapai, sentimen pelaku pasar membaik. Kala sentimen membaik maka aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi seperti rupiah akan menjadi target investasi.
Melihat yield obligasi tenor 10 tahun, Indonesia jauh lebih tinggi di angka 7,218% sementara Australia di 1,278%. Ada selisih yang cukup besar, tentunya investor akan lebih tertarik dengan yield tinggi di kala kondisi global sudah mulai stabil.
Kabar kesepakatan dagang fase satu diberitakan oleh CNBC International yang mengutip sumber terkait. AS dan China dikatakan secara prinsip sudah mencapai kesepakatan dagang fase satu, dan sedang menunggu persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.
Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Pada pukul 10:55 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.677,69, dolar Australia melemah 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan mata uang Negeri Kanguru melesat 0,26% ke level Rp 9.710,16, yang merupakan level tertinggi sejak 14 Agustus.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BRI | 9.469,62 | 9.635,23 |
Bank Mandiri | 9.666,00 | 9.712,00 |
Bank BTN | 9.553,00 | 9.795,00 |
Bank BCA | 9.673,02 | 9.703,02 |
CIMB Niaga | 9.425,50 | 9.949,20 |
Dolar Australia melesat naik setelah Amerika Serikat (AS) dikabarkan mencapai kesepakatan dagang fase satu dengan China. Hal ini tentunya menjadi kabar bagus perekonomian China bisa bangkit kembali yang bisa mengerek naik perekonomian Australia.
Maklum saja, China merupakan mitra dagang utama Australia, ketika perekonomian Negeri Tiongkok bangkit maka permintaan importasi dari Negeri Kanguru akan meningkat.
Meski demikian, kenaikan dolar Australia hanya berlangsung sesaat, rupiah juga mendapat rejeki dari kesepakatan dagang AS-China. Ketika kesepakatan dagang tercapai, sentimen pelaku pasar membaik. Kala sentimen membaik maka aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi seperti rupiah akan menjadi target investasi.
Melihat yield obligasi tenor 10 tahun, Indonesia jauh lebih tinggi di angka 7,218% sementara Australia di 1,278%. Ada selisih yang cukup besar, tentunya investor akan lebih tertarik dengan yield tinggi di kala kondisi global sudah mulai stabil.
Kabar kesepakatan dagang fase satu diberitakan oleh CNBC International yang mengutip sumber terkait. AS dan China dikatakan secara prinsip sudah mencapai kesepakatan dagang fase satu, dan sedang menunggu persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.
Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular