AS-China Adem, IHSG Menguat 0,5% per Akhir Sesi Satu

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 December 2019 12:13
AS-China Adem, IHSG Menguat 0,5% per Akhir Sesi Satu
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (13/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,68% ke level 6.181,06. Per akhir sesi satu, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut adalah sebesar 0,5% ke level 6.170,32.

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei melejit 2,36%, indeks Shanghai menguat 1,24%, indeks indeks Hang Seng melesat 2,06%, indeks Straits Times terkerek 0,45%, dan indeks Kospi bertambah 1,3%.

Mendinginnya tensi antara AS dan China di bidang perdagangan menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Bloomberg melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah menyetujui poin-poin inti dari kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Pemberitaan Bloomberg tersebut mengutip sumber-sumber yang mengetahui jalannya negosiasi dagang kedua negara.

Dengan disetujuinya poin-poin inti dari kesepakatan dagang tahap satu oleh Trump, AS akan membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Hingga kini, kedua belah pihak masih mencoba memfinalisasikan teks dari kesepakatan dagang tahap satu tersebut. Masih melansir pemberitaan Bloomberg, kedua pihak kini tengah mendiskusikan besaran pengurangan bea masuk yang sudah dibebankan AS terhadap produk impor asal China selama perang dagang berlangsung.

Sebagai balasan dari langkah AS yang akan mengurangi bea masuk yang sudah dibebankan AS terhadap produk impor asal China, Beijing akan berkomitmen untuk meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur asal AS secara signifikan.

Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia juga datang dari hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada hari Selasa waktu setempat (10/12/2019), The Fed memulai pertemuan yang berlangsung selama dua hari. Hasil dari pertemuan tersebut diumumkan kemarin dini hari (12/12/2019) waktu Indonesia.

The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan estimasi dari para ekonom bahwa federal funds rate akan dipertahankan di rentang 1,5%-1,75%.

Walaupun tak mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, pelaku pasar tetap merespons positif hasil pertemuan The Fed. Pasalnya, The Fed mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan akan terus dipertahankan di level saat ini di sepanjang tahun 2020 alias tak akan dinaikkan.

Dalam pernyataan pasca mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan, para pejabat The Fed mengungkapkan bahwa kebijakan moneter kemungkinan akan tetap berada di posisi saat ini untuk jangka waktu yang belum ditentukan.

Lebih lanjut, indikasi bahwa The Fed akan terus mempertahankan federal funds rate di level saat ini pada tahun 2020 juga ditunjukkan oleh dot plot versi terbaru.

Sebagai catatan, dot plot merupakan sebuah survei dari para anggota FOMC (Federal Open Market Committee) selaku pengambil keputusan terkait proyeksi mereka atas posisi tingkat suku bunga acuan pada akhir tahun.

Pada dot plot versi September 2019, sebanyak sembilan anggota FOMC memperkirakan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dinaikkan setidaknya satu kali pada tahun depan. Kini, hanya ada empat dari 17 anggota FOMC yang memperkirakan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dikerek naik sebesar 25 bps pada tahun depan.

Per akhir sesi satu, saham PT Astra International Tbk (ASII) yang melejit hingga 3,82% menjadi kontributor utama dalam mendongkrak laju IHSG.

Harga saham ASII melejit seiring dengan aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan yakni menjual Bank Permata ke tangan Bangkok Bank.

Setelah menjadi misteri selama lebih dari setahun, akuisisi Bank Permata akhirnya kini menjadi jelas. Bangkok Bank nantinya akan menguasai sebanyak 89,12% dari saham Bank Permata.

Kemarin sore, Bangkok Bank mengumumkan bahwa pihaknya telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat dengan Standard Chartered Bank dan Astra International untuk mengakuisisi total 89,12% kepemilikan mereka di Bank Permata. Aksi korporasi tersebut ditargetkan akan selesai pada tahun 2020.

Transaksi akan dilaksanakan berdasarkan valuasi yang disepakati yakni di harga sebesar 1,77 kali lipat dari nilai buku Bank Permata (yang masih akan disesuaikan). Jika dihitung berdasarkan nilai buku Bank Permata pada 30 September 2019, harga pembelian indikatif adalah senilai Rp 1.498 per unit dan nilai transaksi indikatif akan mencapai Rp 37,43 triliun (sekitar US$ 2,67 miliar atau THB 81,01 miliar).

Untuk diketahui, Astra International dan Standard Chartered Bank sama-sama menguasai saham Bank Permata dengan porsi 44,56%. Jika dihitung dari nilai transaksi indikatif yang mencapai Rp 37,43 triliun, Astra International akan meraup dana segar senilai Rp 18,715 triliun dari penjualan saham Bank Permata. Dana segar tersebut bisa digunakan untuk pengembangan bisnis mereka di sektor-sektor lain.

Sebagai informasi, Astra International merupakan sebuah perusahaan konglomerasi yang membawahi berbagai sektor bisnis seperti otomotif, alat berat, agrikultur, logistik, hingga teknologi informasi. Utamanya, pendapatan perusahaan berasal dari lini bisnis otomotif.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular