
Mengintip Kejelian Strategi Penerbitan Obligasi Pemerintah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 December 2019 07:02

Penurunan porsi terutama diakibatkan langkah preventif menghadapi dinamika perekonomian dan dunia keuangan global, terutama pertumbuhan ekonomi yang diprediksi turun, baik di Indonesia maupun di negara-negara seluruh dunia. Langkah hati-hati tersebut ternyata berbuah manis. Terbukti Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat surat utang pemerintah Indonesia dari BBB- menjadi BBB karena pengelolaan utang yang kredibel.
Tahun ini, nilai tukar dolar AS yang menguat terhadap mata uang utama lain justru turun di hadapan rupiah. Posisi dolar terhadap mata uang lain dunia, yang biasa disebut Indeks Dolar AS, masih naik menjadi 97,13 hingga 12 Desember dibanding 96,13 pada akhir 2018. Namun, dibanding rupiah, nilai mata uang dolar AS relatif terjaga atau bahkan melemah terhadap mata uang garuda yaitu menjadi Rp 14.020/dolar AS dari US$ 14.375/dolar AS pada akhir tahun lalu.
Dengan penguatan rupiah menghadapi dolar AS tersebut, maka investor global tentu akan lebih banyak untung dari sisi keuntungan mata uang (currency gain) jika berinvestasi pada obligasi rupiah yang diterbitkan pemerintah. Setidaknya, langkah itu lebih menguntungkan dibanding berinvestasi pada obligasi valas.
Ke depannya, dengan asumsi prospek kondisi global yang lebih baik dan mata uang yang stabil maka dapat diprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi domestik akan sama besar atau bahkan membaik dari tahun ini. Asumsi itu juga termasuk memperhitungkan kondisi hubungan dagang AS-China yang lebih adem. Stabilnya ekonomi itu juga dapat diartikan suku bunga tidak akan banyak berfluktuasi, apalagi ketika bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) menunjukkan sinyal bahwa tahun depan mereka bertendensi tidak akan menurunkan suku bunga, kecuali inflasi naik drastis.
"Proyeksi kami tetap bagus, meski ada risiko di perekonomian global. Seiring perjalanan, kami menyesuaikan posisi (stance) kebijakan moneter ke arah memberikan bantalan dan semacam asuransi. Perubahan ini akan membantu perekonomian menuju outlook yang sesuai," kata Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed.
Dengan pertumbuhan sisi-sisi ekonomi yang secara umum membaik itu, tentu dapat ditarik garis ke sisi stabilnya mata uang. Stabilnya mata uang dan modal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan hampir tidak pernah turun drastis seperti halnya negara lain, tentunya dapat menggaet minat investor asing yang sedang butuh mengisi portofolionya dengan instrumen investasi dari negara berkembang, salah satunya pasar modal Indonesia.
Hasilnya, maka investor dapat mulai melihat instrumen obligasi dalam negeri lebih menarik dibandingkan dengan tahun ini. Alhasil, pemerintah juga dapat memanfaatkannya dengan menerbitkan lebih sedikit lagi obligasi denominasi valas karena SBN rupiah bakal lebih seksi di mata pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Tahun ini, nilai tukar dolar AS yang menguat terhadap mata uang utama lain justru turun di hadapan rupiah. Posisi dolar terhadap mata uang lain dunia, yang biasa disebut Indeks Dolar AS, masih naik menjadi 97,13 hingga 12 Desember dibanding 96,13 pada akhir 2018. Namun, dibanding rupiah, nilai mata uang dolar AS relatif terjaga atau bahkan melemah terhadap mata uang garuda yaitu menjadi Rp 14.020/dolar AS dari US$ 14.375/dolar AS pada akhir tahun lalu.
Dengan penguatan rupiah menghadapi dolar AS tersebut, maka investor global tentu akan lebih banyak untung dari sisi keuntungan mata uang (currency gain) jika berinvestasi pada obligasi rupiah yang diterbitkan pemerintah. Setidaknya, langkah itu lebih menguntungkan dibanding berinvestasi pada obligasi valas.
"Proyeksi kami tetap bagus, meski ada risiko di perekonomian global. Seiring perjalanan, kami menyesuaikan posisi (stance) kebijakan moneter ke arah memberikan bantalan dan semacam asuransi. Perubahan ini akan membantu perekonomian menuju outlook yang sesuai," kata Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed.
Dengan pertumbuhan sisi-sisi ekonomi yang secara umum membaik itu, tentu dapat ditarik garis ke sisi stabilnya mata uang. Stabilnya mata uang dan modal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan hampir tidak pernah turun drastis seperti halnya negara lain, tentunya dapat menggaet minat investor asing yang sedang butuh mengisi portofolionya dengan instrumen investasi dari negara berkembang, salah satunya pasar modal Indonesia.
Hasilnya, maka investor dapat mulai melihat instrumen obligasi dalam negeri lebih menarik dibandingkan dengan tahun ini. Alhasil, pemerintah juga dapat memanfaatkannya dengan menerbitkan lebih sedikit lagi obligasi denominasi valas karena SBN rupiah bakal lebih seksi di mata pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular