
Goldman Prediksi Rupiah Berjaya di 2020, Ini Sebabnya!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 December 2019 18:01

Jika berinvestasi, tentunya yang dilihat adalah yield atau imbal hasil yang diberikan. Seperti pernyataan Pandl, yield surat utang Indonesia memang relatif tinggi yang tentunya bisa menarik investor.
Berdasarkan data Refinitiv, yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun pada akhir perdagangan Rabu berada di level 7,201%, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Filipina menjadi negara dengan yield obligasi yang paling dekat dengan Indonesia, meski cukup jauh yakni di level 4,55%. Kemudian ada Malaysia dengan yield 3,44%.
Thailand dan Taiwan memberikan yield obligasi tenor 10 tahun yang cukup rendah yakni 1,55% dan 0,695% Bahkan masih lebih tinggi dari India yang yield-nya sebesar 6,787%.
Melihat riil return dari obligasi tentunya tidak bisa melihat dari segi yield, inflasi di masing-masing negara juga harus diperhitungkan untuk mengetahui berapa riil return yang didapat.
Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun memang menjadi yang tertinggi, tetapi inflasi RI jika dibandingkan negara lain juga relatif tinggi. Data terakhir menunjukkan inflasi di Indonesia berada di level 3% year-on-year (YoY), relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya yang disebutkan di atas.
Berdasarkan data Trading Economics, inflasi Filipina hanya sebesar 1,3% YoY, kemudian Malaya beada di level 1,1% YoY. Thailand dan Taiwan bahkan di hanya di level 0,21% dan 0,59% YoY.
Sementara inflasi India lebih tinggi dari Indonesia, sebesar 4,61% YoY.
Jika melihat selisih antara yield obligasi dengan inflasi tersebut, Indonesia jauh lebih tinggi yakni sebesar 4,127%. Dengan demikian, jika melihat riil return yang diberikan, maka memang terlihat berinvestasi rupiah memang lebih menguntungkan.
Seperti yang disebutkan Pandl di halaman sebelumnya, selain yield yang tinggi ada peluang peringkat utang di Indonesia akan dinaikkan tahun depan, sehingga bisa mendorong aliran investasi yang lebih deras.
Pada bulan Mei lalu, Indonesia mendapat kenaikan peringkat kredit oleh S&P 500 dari BBB- menjadi BBB.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada Jumat (31/5/2019).
Level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade), sementara level BBB berada 1 tingkat di atas level BBB-.
Berdasarkan data dari countryeconomy.com, hanya India yang peringkat utangnya berada di bawah Indonesia yakni BBB-. Sementara negara-negara lainnya berada di atas Indonesia, Filipina dan Thailand memiliki peringkat BBB+, sementara Taiwan dan Malaysia masing-masing AA- dan A-.
(pap/pap)
Berdasarkan data Refinitiv, yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun pada akhir perdagangan Rabu berada di level 7,201%, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Filipina menjadi negara dengan yield obligasi yang paling dekat dengan Indonesia, meski cukup jauh yakni di level 4,55%. Kemudian ada Malaysia dengan yield 3,44%.
Thailand dan Taiwan memberikan yield obligasi tenor 10 tahun yang cukup rendah yakni 1,55% dan 0,695% Bahkan masih lebih tinggi dari India yang yield-nya sebesar 6,787%.
Melihat riil return dari obligasi tentunya tidak bisa melihat dari segi yield, inflasi di masing-masing negara juga harus diperhitungkan untuk mengetahui berapa riil return yang didapat.
Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun memang menjadi yang tertinggi, tetapi inflasi RI jika dibandingkan negara lain juga relatif tinggi. Data terakhir menunjukkan inflasi di Indonesia berada di level 3% year-on-year (YoY), relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya yang disebutkan di atas.
Berdasarkan data Trading Economics, inflasi Filipina hanya sebesar 1,3% YoY, kemudian Malaya beada di level 1,1% YoY. Thailand dan Taiwan bahkan di hanya di level 0,21% dan 0,59% YoY.
Sementara inflasi India lebih tinggi dari Indonesia, sebesar 4,61% YoY.
Jika melihat selisih antara yield obligasi dengan inflasi tersebut, Indonesia jauh lebih tinggi yakni sebesar 4,127%. Dengan demikian, jika melihat riil return yang diberikan, maka memang terlihat berinvestasi rupiah memang lebih menguntungkan.
Seperti yang disebutkan Pandl di halaman sebelumnya, selain yield yang tinggi ada peluang peringkat utang di Indonesia akan dinaikkan tahun depan, sehingga bisa mendorong aliran investasi yang lebih deras.
Pada bulan Mei lalu, Indonesia mendapat kenaikan peringkat kredit oleh S&P 500 dari BBB- menjadi BBB.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada Jumat (31/5/2019).
Level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade), sementara level BBB berada 1 tingkat di atas level BBB-.
Berdasarkan data dari countryeconomy.com, hanya India yang peringkat utangnya berada di bawah Indonesia yakni BBB-. Sementara negara-negara lainnya berada di atas Indonesia, Filipina dan Thailand memiliki peringkat BBB+, sementara Taiwan dan Malaysia masing-masing AA- dan A-.
(pap/pap)
Pages
Most Popular