Loyo di Awal, Kurs Dolar Singapura kini Balik Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 December 2019 11:30
Rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus sejak pekan lalu menopang penguatan rupiah di awal perdagangan.
Foto: REUTERS/Edgar Su
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah di perdagangan Rabu (11/12/2019), padahal di awal perdagangan berada di zona merah.

Pada pukul 9:40 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.317,69, dolar Singapura menguat 0,09% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan dolar Singapura melemah 0,16% ke Rp 10.292,06.

Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Singapura di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 9:45 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BNI10.280,0010.340,00
Bank BRI10.233,6210.371,57
Bank Mandiri10.270,0010.350,00
Bank BTN10.142,0010.454,00
Bank BCA10.310,1510.330,55
CIMB Niaga10.077,3310.593,78


Rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus sejak pekan lalu menopang penguatan rupiah di awal perdagangan. Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.



Kemudian BI juga melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.

Terbaru Selasa kemarin BI melaporkan penjualan ritel di bulan Oktober yang tumbuh 3,6% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan Oktober 0,7%.



Data tersebut membuat rupiah berjaya melawan dolar Singapura hingga Selasa pagi kemarin, meski di akhir perdagangan berbalik melemah akibat aksi ambil untung (profit taking). Maklum saja rupiah dalam empat hari itu menguat 0,58%, cukup signifikan dibandingkan rata-rata pergerakan harian yang masih di bawah 0,1% di tahun ini.

Sementara itu kabar bagus dari Gedung Putih terkait perundingan dagang AS-China hari ini membuat dolar Singapura menguat.

CNBC International mengutip Wall Street Journal melaporkan negosiator dari AS dan China "sedang meletakkan landasan" untuk menunda kenaikan bea masuk sebesar 15% terhadap produk China dengan total nilai US$ 160 miliar.

Menteri Pertanian AS, Sonny Purdue, juga mengungkapkan jika Presiden Trump kemungkinan akan menunda bea masuk tambahan.

"Saya tidak merasa Bapak Presiden mau menerapkan bea masuk baru. Namun harus ada sesuatu yang mendorongnya untuk tidak menerapkan itu. Semoga sinyal dari China untuk kedelai dan daging babi bisa menjadi jalan ke arah sana," kata Purdue, seperti diberitakan Reuters.



Sebenarnya rupiah juga mendapat sentimen positif dari kabar tersebut, tetapi melihat pelemahan dolar Singapura belakangan ini, aksi profit taking kembali terjadi.

Belum lagi jika melihat efek perang dagang AS-China yang lebih besar ke perekonomian Singapura. Negeri Merlion bahkan sempat terancam resesi, sehingga adanya kesepakatan dagang akan berdampak besar bagi perekonomiannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular