Apakah Sumitomo Deal Caplok Permata? Ini Respons Manajemen

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
10 December 2019 12:07
Manajemen PT Bank Permata Tbk (BNLI) menegaskan belum bisa berkomentar soal kabar pasar.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Permata Tbk (BNLI) menegaskan belum bisa berkomentar soal kabar pasar yang menyebutkan bahwa Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) yang membeli Bank Permata di harga Rp 1.490/saham dari investor mayoritas yakni Standard Chartered Bank dan Grup Astra.

Sekretaris Perusahaan Bank Permata Katharine Grace mengatakan terkait dengan pemberitaan soal SMBC yang membeli saham Bank Permata pada tanggal 6 Desember lalu, perseroan tidak dalam posisi untuk berkomentar, "atau memberikan klarifikasi terkait berita dimaksud," katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (10/12/2019).

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso juga enggan berkomentar lebih jauh soal kabar ini.



"[Sumitomo udah deal sama Permata Pak?] Saya belum dapat laporan," tegas Wimboh sembari berlalu.

Lebih lanjut Katharine hanya menegaskan bahwa seluruh informasi atau fakta material yang diketahui dan dialami perseroan telah dan akan disampaikan kepada publik sesuai dengan ketentuan berlaku.

Saat ini saham Bank Permata dimiliki oleh PT Astra international Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank (Stanchart) yang masing-masing mengantongi 44,56% saham atau berarti 12,49 miliar unit saham Bank Permata. Sisanya yaitu 3,04 miliar saham atau 10,88%-nya masih dimiliki investor publik.

Sebelumnya calon pembeli mayoritas saham Bank Permata mengerucut pada dua investor asing yang serius menawar yakni SMBC dan investor asal Bangkok, Thailand

"SMBC sama mana ya kemarin itu, negara Bangkok. DBS belum menyatakan ini [lanjut penjajakan], tapi enggak tahu ya akhirnya. SMBC ya yang serius," kata Slamet Edy Purnomo, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Jumat (29/11.2019).

Dengan demikian, investor lain yang sebelumnya dikabarkan berminat tidak jadi yakni Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) Group Holdings dan DBS Group Holdings (DBS).

Slamet mengatakan calon investor itu kemungkinan menjadi mayoritas. "Ya dua duanya [Astra dan Stanchard lepas] iya betul dua duanya itu," tegasnya.

Dia mengatakan upaya kedua investor itu masuk di BNLI karena ingin membangun sinergi bisnis di Indonesia, terutama pasar usaha mikro keci dan menengah (UMKM).

"Pokoknya bangun sinergi bisnis di Indonesia, dorong UMKM di Indonesia itu salah satunya. Jadi perekonomian kita kan didorong UMKM supaya lebih tinggi, corporate juga perlu tapi komitmen investor di Indonesia apa itu yang perlu kita dorong siapapun terserah. Kalau komitmen [asing] dorong investasi infrastruktur, UMKM kita dukung," katanya.

Dengan kabar dari OJK ini, maka akan turut memunculkan akuisisi dan penggabungan usaha terhadap bank domestik SMBC yang baru rampung selesai diakuisisi pada Februari lalu yaitu PT Bank BTPN Tbk (BTPN).

Mengacu data BEI, saham Bank Permata pada sesi I, Selasa ini (10/12/2019), ditutup stagnan di level Rp 1.265/saham dengan nilai transaksi Rp 33,58 miliar dan volume perdagangan 26,43 juta saham. Sepekan terakhir, saham BNLI melesat hampir 20% dan year to date terbang hingga 102%.

Hari ini asing melepas saham BNLI sebesar Rp 7,87 miliar dan year to date net sell asing Rp 407 miliar.

Simak kinerja bisnis Bank Permata

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas/tas) Next Article Ada Transaksi Jumbo, Saham Ini Terbang Sentuh ARA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular