
Data Ekonomi Asia Ciamik, Rupiah Masih yang Terbaik
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 December 2019 10:11

Sepertinya faktor eksternal menjadi penopang penguatan mata uang Asia, tidak terkecuali rupiah. Data ekonomi yang dirilis pagi ini cukup positif sehingga menambah risk appetite pelaku pasar.
Pagi ini, China merilis data perdagangan internasional periode November. Ekspor tercatat mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 1,1% year-on-year (YoY) sedangkan impor tumbuh 0,3% YoY. Ini membuat neraca perdagangan Negeri Tirai Bambu surplus US$ 38,73 miliar.
Meski surplus perdagangan China menipis dari Oktober yang sebesar US$ 41,82 miliar, tetapi investor menyoroti kinerja impor yang sudah tumbuh positif. Ini menjadi yang pertama dalam enam bulan terakhir.
Impor yang sudah tumbuh menandakan permintaan domestik mulai menggeliat. Dalam catatan Bank Dunia, konsumsi domestik menyumbang 53,26% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017.
Jadi dengan permintaan yang mulai naik, ada harapan pertumbuhan ekonomi China tetap terjaga. Melambat itu pasti, tetapi setidaknya tidak hard landing.
Data kedua adalah pertumbuhan ekonomi Jepang. Pada kuartal III-2019, ekonomi Negeri Matahari Terbit tumbuh 0,4% secara kuartalan. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,5%, tetapi lebih baik dibandingkan proyeksi awal yang sebesar 0,1%. Juga di atas konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yakni 0,2%.
"Konsumsi rumah tangga dan belanja modal tumbuh lebih cepat dari perkiraan semula. Namun ekspansi menjadi terbatas karena net ekspor berkontribusi negatif," sebut keterangan tertulis Kantor Kabinet Jepang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pagi ini, China merilis data perdagangan internasional periode November. Ekspor tercatat mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 1,1% year-on-year (YoY) sedangkan impor tumbuh 0,3% YoY. Ini membuat neraca perdagangan Negeri Tirai Bambu surplus US$ 38,73 miliar.
Meski surplus perdagangan China menipis dari Oktober yang sebesar US$ 41,82 miliar, tetapi investor menyoroti kinerja impor yang sudah tumbuh positif. Ini menjadi yang pertama dalam enam bulan terakhir.
Impor yang sudah tumbuh menandakan permintaan domestik mulai menggeliat. Dalam catatan Bank Dunia, konsumsi domestik menyumbang 53,26% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017.
Jadi dengan permintaan yang mulai naik, ada harapan pertumbuhan ekonomi China tetap terjaga. Melambat itu pasti, tetapi setidaknya tidak hard landing.
Data kedua adalah pertumbuhan ekonomi Jepang. Pada kuartal III-2019, ekonomi Negeri Matahari Terbit tumbuh 0,4% secara kuartalan. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,5%, tetapi lebih baik dibandingkan proyeksi awal yang sebesar 0,1%. Juga di atas konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yakni 0,2%.
"Konsumsi rumah tangga dan belanja modal tumbuh lebih cepat dari perkiraan semula. Namun ekspansi menjadi terbatas karena net ekspor berkontribusi negatif," sebut keterangan tertulis Kantor Kabinet Jepang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular