Data Ekonomi Asia Ciamik, Rupiah Masih yang Terbaik

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 December 2019 10:11
Data Ekonomi Asia Ciamik, Rupiah Masih yang Terbaik
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air juga masih perkasa di 'arena' pasar spot.

Pada Senin (9/12/2019), kurs tengah BI atau kura acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.021. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Apresiasi ini membuat rupiah menguat selama empat hari perdagangan beruntun di kurs tengah BI. Dalam empat hari tersebut, penguatan rupiah mencapai 0,77%.



Sementara di pasar spot, rupiah juga setia menapaki jalur hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.010 di mana rupiah menguat 0,18%.

Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 0,46% di hadapan greenback. Mata uang Tanah Air menempati peringkat ketiga di klasemen mata uang utama Asia.

Hari ini, ada kemungkinan rupiah melanjutkan tren positif tersebut. Bahkan saat ini rupiah bukan hanya duduk di posisi tiga, tetapi menjadi yang terbaik di Benua Kuning.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:07 WIB:




Sepertinya faktor eksternal menjadi penopang penguatan mata uang Asia, tidak terkecuali rupiah. Data ekonomi yang dirilis pagi ini cukup positif sehingga menambah risk appetite pelaku pasar.

Pagi ini, China merilis data perdagangan internasional periode November. Ekspor tercatat mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 1,1% year-on-year (YoY) sedangkan impor tumbuh 0,3% YoY. Ini membuat neraca perdagangan Negeri Tirai Bambu surplus US$ 38,73 miliar.

Meski surplus perdagangan China menipis dari Oktober yang sebesar US$ 41,82 miliar, tetapi investor menyoroti kinerja impor yang sudah tumbuh positif. Ini menjadi yang pertama dalam enam bulan terakhir.




Impor yang sudah tumbuh menandakan permintaan domestik mulai menggeliat. Dalam catatan Bank Dunia, konsumsi domestik menyumbang 53,26% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017.

Jadi dengan permintaan yang mulai naik, ada harapan pertumbuhan ekonomi China tetap terjaga. Melambat itu pasti, tetapi setidaknya tidak hard landing.

Data kedua adalah pertumbuhan ekonomi Jepang. Pada kuartal III-2019, ekonomi Negeri Matahari Terbit tumbuh 0,4% secara kuartalan. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,5%, tetapi lebih baik dibandingkan proyeksi awal yang sebesar 0,1%. Juga di atas konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yakni 0,2%.




"Konsumsi rumah tangga dan belanja modal tumbuh lebih cepat dari perkiraan semula. Namun ekspansi menjadi terbatas karena net ekspor berkontribusi negatif," sebut keterangan tertulis Kantor Kabinet Jepang.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular