Rombak Direksi Garuda, Akankah Ignasius Jonan Masuk?

tahir saleh, CNBC Indonesia
09 December 2019 07:40
Soroti Rental Pesawat Garuda
Foto: Dirut Garuda Dicopot, Deretan Karangan Bunga Dukung Menteri BUMN (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Lebih lanjut Ferdi menegaskan kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton illegal hanya satu kasus yang melibatkan direktur utama Garuda. Jika diinvestigasi serius, ada potensi banyak kasus sejenis yang melibatkan petinggi Garuda.

"Direktur Utama sebelumnya, Emirsyah Satar juga kan memiliki kasus sejenis. Emirsyah diduga menerima suap terkait pengadaan pesawat Airbus SAS dan mesin pesawat Rolls-Royce untuk Garuda Indonesia. Praktek-praktek seperti itu saya kira sudah sering terjadi di internal Garuda, karena sebelumnya jarang dilakukan audit dan tidak transparan," terangnya.

"Menteri BUMN, Erick Thohir saya kira perlu membentuk team melakukan audit terhadap praktek-praktek bisnis atau cara-cara yang lazim terjadi dalam bisnis Garuda. Praktek-praktek bisnis itu seperti charter pesawat dan sistem sewa atau rental (leasing) pesawat ke leasor yang dilakukan Garuda selama ini. Kan Garuda ini banyak rental pesawat. Si tukang rentalnya untung, Garudanya tiarap," imbuhnya.

Per tahun 2018, misalnya, kata Ferdi, dari total 202 unit pesawat, yang dimiliki Garuda hanya 22 unti pesawat dan sisanya sebesar 180 unit pesawat adalah rental, ke perusahaan-perusahaan leasing (pembiayan) pesawat. Biaya charter pesawat Garuda yang mencapai Rp 15,2 triliun atau 33,57 % dari total beban operasional penerbangan pun perlu dijelaskan ke publik.

Sementara untuk biaya sewa pesawat tak kalah besar. Dia meriset, tahun 2018, Garuda membayar sewa pesawat dari Export Development Canada sebesar Rp 733 miliar (unit pesawat tidak diinformasikan dalam laporan keuangan 2018), membayar sewa pesawat dari Mitsuis Leasing Capital sebesar Rp 3,3 miliar untuk 46 unit pesawat dan IBJ Verena Finance Rp 7 miliar untuk 50 unit pesawat.


"Masih banyak lagi perusahaan-perusahaan leasing lain yang harus dibayarkan Garuda setiap tahun. Total biaya leasing pesawat tahun 2018 sebesar Rp 1.04 triliun," ungkapnya.

Sebagai risiko tak memiliki direktur yang visioner dan memiliki perhatian khusus terhadap perusahaan, Garuda terus ditimpa kerugian.

Sejak tahun 2014, Garuda mengalami kerugian besar. Tahun 2014 mengalami kerugian sebesar Rp 5,1 triliun, tahun 2017 merugi sebesar Rp 2,2 triliun dan tahun 2018 sebesar Rp 2,78 triliun.

Sementara beban operasional penerbangan sangat besar, tahun 2017 sebesar Rp 34,6 triliun dan 2018 meningkat sebesar Rp 38 triliun.

Kerugian ini memang dipompa oleh biaya operasional penerbangan Garuda termasuk pembelian avtur, pembelian perangkat lunak dan keras pesat pesawat. Tahun 2018, biaya bahan bakar, termasuk avtur (43,57%) sebesar Rp 19 triliun dan biaya sewa.

Risiko kinerja keuangan dan manajemen yang buruk membuat harga tiket menjadi naik. Untuk kategori Asia Tenggara, kata Ferdi, Garuda termasuk maskapai penerbangan paling mahal. "Bisa saja Garuda melakukan kartel tiket, tingga bekerjasama dengan maskapai lain untuk menaikan harga. Kenaikan tiket pesawat berdampak buruk terhadap perekonomaian."

"Sektor pariwisata adalah bagian yang paling berdampak dari mahalnya harga tiket. Padahal, pemerintahan Jokowi sedang gencar mendorong pembangunan pariwisita, termasuk mendesain 10 destinasi pariwisata untuk menambah devisa negara. Tanpa melakukan lompatan besar, kinerja keuangan Garuda Indonesia tidak akan pernah berubah. Pergantian direktur utama Garuda menjadi kunci perubahan," katanya.
(tas/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular