
Kemarin Juara, Hari Ini Rupiah Runner Up di Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 December 2019 17:50

Data dari dalam negeri mendukung penguatan rupiah sejak Kamis kemarin. Bank Indonesia (BI) melaporkan indeks keyakinan konsumen (IKK) November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara pada hari ini, BI melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI yang diterbitkan Jumat (6/12/2019).
Di sisi lain, dolar AS sedang tertekan jelang dirilisnya data tenaga kerja Paman Sam malam ini. Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu malam melaporkan sepanjang di bulan November perekonomian AS menyerap tenaga kerja (di luar sektor pertanian) hanya sebanyak 67.000 orang, jauh di bawah konsensus Dow Jones sebanyak 150.000 orang.
Sejak rilis data tersebut, dolar AS sebenarnya terus tertekan. Untuk diketahui data ini kerap dijadikan acuan rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah (non-farm payroll) yang akan dirilis malam ini.
Sementara, data tenaga kerja AS versi pemerintah merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan suku bunga.
Jika data tenaga kerja AS yang dirilis nanti juga buruk, ada kemungkinan akan menggoyahkan sikap The Fed yang tidak akan menurunkan suku bunga lagi.
Sebelum rilis data tersebut dolar AS masih tak berdaya, sejak awal pekan hingga Kamis kemarin, indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam sudah melemah 0,88%, dan berada di level terlemah satu bulan.
Selain itu perundingan dagang AS-China juga masih berada di jalur yang tepat. Presiden AS Donald Trump mengatakan perundingan berjalan dengan baik.
Sementara itu Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng, mengatakan kedua negara masih mengadakan perundingan yang intensif. Ia menambahkan China percaya jika kedua negara meneken kesepakatan dagang, sejumlah bea masuk importasi harus diturunkan.
Sebelumnya Bloomberg mengabarkan kedua negara sedikit lagi setuju akan penghapusan sejumlah bea masuk, dan kesepakatan dagang fase satu bisa terjadi sebelum 15 Desember.
Meski demikian, kabar terbaru mengatakan China masih belum setuju dengan jumlah produk pertanian AS yang harus dibeli untuk mencapai kesepakatan fase satu.
CNBC International mengutip dari The Wall Street Journal memberitakan jika kedua negara masih membahas seberapa besar produk pertanian AS yang harus dibeli China.
Presiden AS Donald Trump meminta China untuk membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar, yang lebih besar US$ 8,6 miliar dari total pembelian Negeri Tiongkok pada tahun lalu.
Meski demikian, pasar masih optimistis kesepakatan dagang bisa diteken sebelum 15 Desember, hal ini tercermin dari masih menghijaunya bursa Asia hingga akhir perdagangan, yang juga menjadi sentimen positif bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas)
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara pada hari ini, BI melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.
Di sisi lain, dolar AS sedang tertekan jelang dirilisnya data tenaga kerja Paman Sam malam ini. Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu malam melaporkan sepanjang di bulan November perekonomian AS menyerap tenaga kerja (di luar sektor pertanian) hanya sebanyak 67.000 orang, jauh di bawah konsensus Dow Jones sebanyak 150.000 orang.
Sejak rilis data tersebut, dolar AS sebenarnya terus tertekan. Untuk diketahui data ini kerap dijadikan acuan rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah (non-farm payroll) yang akan dirilis malam ini.
Sementara, data tenaga kerja AS versi pemerintah merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan suku bunga.
Jika data tenaga kerja AS yang dirilis nanti juga buruk, ada kemungkinan akan menggoyahkan sikap The Fed yang tidak akan menurunkan suku bunga lagi.
Sebelum rilis data tersebut dolar AS masih tak berdaya, sejak awal pekan hingga Kamis kemarin, indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam sudah melemah 0,88%, dan berada di level terlemah satu bulan.
Selain itu perundingan dagang AS-China juga masih berada di jalur yang tepat. Presiden AS Donald Trump mengatakan perundingan berjalan dengan baik.
Sementara itu Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng, mengatakan kedua negara masih mengadakan perundingan yang intensif. Ia menambahkan China percaya jika kedua negara meneken kesepakatan dagang, sejumlah bea masuk importasi harus diturunkan.
Sebelumnya Bloomberg mengabarkan kedua negara sedikit lagi setuju akan penghapusan sejumlah bea masuk, dan kesepakatan dagang fase satu bisa terjadi sebelum 15 Desember.
Meski demikian, kabar terbaru mengatakan China masih belum setuju dengan jumlah produk pertanian AS yang harus dibeli untuk mencapai kesepakatan fase satu.
CNBC International mengutip dari The Wall Street Journal memberitakan jika kedua negara masih membahas seberapa besar produk pertanian AS yang harus dibeli China.
Presiden AS Donald Trump meminta China untuk membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar, yang lebih besar US$ 8,6 miliar dari total pembelian Negeri Tiongkok pada tahun lalu.
Meski demikian, pasar masih optimistis kesepakatan dagang bisa diteken sebelum 15 Desember, hal ini tercermin dari masih menghijaunya bursa Asia hingga akhir perdagangan, yang juga menjadi sentimen positif bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular