
Internasional
Ending Perang Dagang Angan Semu, Ini Penegasan China!
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
05 December 2019 17:01

Jakarta, CNBC Indonesia - China tutup mulut terkait ketidakpastian akhir perang dagang. Bahkan pemerintah terkesan enggan memastikan kapan poin-poin kesepakatan akan ditanda-tangani.
"China percaya jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan 'Fase I', tarif-tarif yang relevan harus diturunkan," kata Juru Bicara Menteri Perdagangan China Gao Feng sebagaimana dikutip dari CNBC International, Kamis (5/12/2019).
Pernyataan ini menegaskan kembali posisi China. Negara ini menekankan keharusan adanya pembatalan semua tarif yang ditetapkan AS.
Padahal AS sempat berujar sulit mengabulkan hal ini. Trump menginginkan deal yang lebih dari sekedar soal teknologi dan pembelian produk pangan, untuk menuruti keinginan China itu.
Meski demikian, di kesempatan itu Gao mengaku pihaknya masih terus melakukan komunikasi intensif. Tetapi menutup rapat detail tambahan tentang negosiasi.
Ia pun tidak menjawab saat ditanya wartawan soal dampak kenaikan tarif barang impor China di AS, 15 Desember nanti. Ia juga enggan memaparkan barang apa saja yang akan kena sanksi.
Sementara itu, dalam konferensi pers-nya di sela-sela pertemuan dengan negara NATO, Trump meminta semua orang bersabar untuk melihat ending perang dagang. Bahkan ia mengatakan bisa saja perdamaian baru terjadi 2020, setelah Pemilu Presiden AS dilakukan.
Hal ini mengundang komentar dari Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying. "Kita memang tidak menentukan deadline untuk mencapai sebuah kesepakatan atau tidak," tegasnya di media yang sama.
Ia mengatakan China selalu jelas. Pembicaraan damai harus didasarkan pada keadilan dan saling menghormati.
"Hasilnya pun harus sama-sama menguntungkan dan diterima dua belah pihak," katanya.
Dalam beberapa pekan ini tensi antara AS dan China makin meningkat. Apa lagi setelah sikap AS yang mensahkan UU Hong Kong.
Belum lagi kini, DPR AS meloloskan RUU soal Muslim Uighur. Di mana DPR AS mengatakan China melakukan pelanggaran HAM berat pada minoritas di Provinsi Xinjiang ini.
(sef/sef) Next Article Damai Dagang AS-China Tak Ada Harapan? Begini Kronologinya
"China percaya jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan 'Fase I', tarif-tarif yang relevan harus diturunkan," kata Juru Bicara Menteri Perdagangan China Gao Feng sebagaimana dikutip dari CNBC International, Kamis (5/12/2019).
Pernyataan ini menegaskan kembali posisi China. Negara ini menekankan keharusan adanya pembatalan semua tarif yang ditetapkan AS.
Meski demikian, di kesempatan itu Gao mengaku pihaknya masih terus melakukan komunikasi intensif. Tetapi menutup rapat detail tambahan tentang negosiasi.
Ia pun tidak menjawab saat ditanya wartawan soal dampak kenaikan tarif barang impor China di AS, 15 Desember nanti. Ia juga enggan memaparkan barang apa saja yang akan kena sanksi.
Sementara itu, dalam konferensi pers-nya di sela-sela pertemuan dengan negara NATO, Trump meminta semua orang bersabar untuk melihat ending perang dagang. Bahkan ia mengatakan bisa saja perdamaian baru terjadi 2020, setelah Pemilu Presiden AS dilakukan.
Hal ini mengundang komentar dari Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying. "Kita memang tidak menentukan deadline untuk mencapai sebuah kesepakatan atau tidak," tegasnya di media yang sama.
Ia mengatakan China selalu jelas. Pembicaraan damai harus didasarkan pada keadilan dan saling menghormati.
"Hasilnya pun harus sama-sama menguntungkan dan diterima dua belah pihak," katanya.
Dalam beberapa pekan ini tensi antara AS dan China makin meningkat. Apa lagi setelah sikap AS yang mensahkan UU Hong Kong.
Belum lagi kini, DPR AS meloloskan RUU soal Muslim Uighur. Di mana DPR AS mengatakan China melakukan pelanggaran HAM berat pada minoritas di Provinsi Xinjiang ini.
(sef/sef) Next Article Damai Dagang AS-China Tak Ada Harapan? Begini Kronologinya
Most Popular