
Bertubi-tubi Data Ekonomi Buruk, Dolar Australia Terpuruk
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 December 2019 11:52

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (12/5/2019) akibat buruknya data ekonomi Australia pekan ini. Dalam dua hari terakhir saja ada tiga data yang memberikan tekanan bagi Mata Uang Kanguru.
Pada pukul 11:05 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.625,09, dolar Australia melemah 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari beberapa situs resmi bank pada pukul 11:30 WIB.
Rabu kemarin, Biro Statistik Australia melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 dilaporkan sebesar 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya (0,6%) dan lebih rendah dari konsensus (0,5%).
Melambatnya pertumbuhan ekonomi itu memukul dolar Australia pada Rabu kemarin, hingga melemah 0,45%, tetapi berhasil bangkit dan menguat tipis 0,04% setelah adanya kabar kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China bisa terjadi sebelum 15 Desember.
Bloomberg mengutip sumber yang mengetahui perundingan dagang kedua negara mengabarkan jika AS dan China sedikit lagi mencapai kata sepakat untuk membatalkan sebagian bea masuk dalam kesepakatan dagang fase satu.
Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa perkataan Presiden Donald Trump bukan berarti perundingan dagang buntu, karena dia hanya berbicara spontan. Sumber tersebut juga menambahkan para negosiator dari AS memperkirakan kesepakatan dengan China akan tercapai sebelum tanggal 15 Desember.
Sementara itu, data yang dirilis pagi ini menunjukkan penjualan ritel Australia pada Oktober stagnan, sebesar 0% month-on-month (MoM) dari bulan September yang naik 0,2%. Stagnannya pertumbuhan penjualan ritel tersebut lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%.
Selain itu, pada periode yang sama tingkat ekspor dilaporkan turun 5% MoM sementara impor stagnan 0%. Dampaknya, surplus necara perdagangan Australia terpangkas signifikan menjadi AU$ 4,5 miliar dari sebelumnya AU$ 6,85 miliar.
Akibat serangkaian data buruk tersebut, dolar Australia kembali tertekan, spekulasi bank sentral Australia akan memangkas suku bunga lagi dalam waktu dekat.
Tekanan bagi dolar Australia berhadapan dengan rupiah semakin bertambah setelah Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada pukul 11:05 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.625,09, dolar Australia melemah 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari beberapa situs resmi bank pada pukul 11:30 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.594,00 | 9.664,00 |
Bank BRI | 9.551,07 | 9.729,73 |
Bank Mandiri | 9.610,00 | 9.640,00 |
Bank BTN | 9.533,00 | 9.737,00 |
Bank BCA | 9.626,12 | 9.656,12 |
CIMB Niaga | 9.635,00 | 9.641,00 |
Melambatnya pertumbuhan ekonomi itu memukul dolar Australia pada Rabu kemarin, hingga melemah 0,45%, tetapi berhasil bangkit dan menguat tipis 0,04% setelah adanya kabar kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China bisa terjadi sebelum 15 Desember.
Bloomberg mengutip sumber yang mengetahui perundingan dagang kedua negara mengabarkan jika AS dan China sedikit lagi mencapai kata sepakat untuk membatalkan sebagian bea masuk dalam kesepakatan dagang fase satu.
Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa perkataan Presiden Donald Trump bukan berarti perundingan dagang buntu, karena dia hanya berbicara spontan. Sumber tersebut juga menambahkan para negosiator dari AS memperkirakan kesepakatan dengan China akan tercapai sebelum tanggal 15 Desember.
Sementara itu, data yang dirilis pagi ini menunjukkan penjualan ritel Australia pada Oktober stagnan, sebesar 0% month-on-month (MoM) dari bulan September yang naik 0,2%. Stagnannya pertumbuhan penjualan ritel tersebut lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%.
Selain itu, pada periode yang sama tingkat ekspor dilaporkan turun 5% MoM sementara impor stagnan 0%. Dampaknya, surplus necara perdagangan Australia terpangkas signifikan menjadi AU$ 4,5 miliar dari sebelumnya AU$ 6,85 miliar.
Akibat serangkaian data buruk tersebut, dolar Australia kembali tertekan, spekulasi bank sentral Australia akan memangkas suku bunga lagi dalam waktu dekat.
Tekanan bagi dolar Australia berhadapan dengan rupiah semakin bertambah setelah Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular